Sabtu, 23 Oktober 2010

Sultan al-Malik al-Muzaffar Saifuddin Qutuz Pahlawan Perang Ain Jalut (25 Ramadhan 658H / 3 September 1260M)

Pendahuluan
Pertempuran Ain Jalut (atau Ayn Jalut dalam bahasa Arab : عين جالوت yang artinya Mata Jalut) terjadi pada tanggal 3 September 1260 di Palestina antara Bani Mameluk (Mesir) yang dipimpin oleh Qutuz dan Baibars berhadapan dengan tentara Mongol pimpinan Kitbuqa.
Quthbuddin Al Yunaini di dalam Al Bidayah Wan Nihayah(bab 658 H) mengatakan : ”Qutuz(sebelum menjadi raja) pernah bermimpi, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mengatakan kepadanya bahwa dia akan menguasai Mesir dan memenangkan Perang melawan Tatar(Mongol)”
-
Setelah jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah serta dihancurkannya Baghdad dan dibunuhnya hampir 800.000 atau 1.800.000 kaum muslimin hingga saksi mata mengatakan hitamnya air sungai Tigris akibat tinta buku yang luntur dari penghancuran perpustakaan terbesar di Baghdad oleh Mongol. Semua itu terjadi dalam masa 40 hari. Kemudian Bangsa Mongol di bawah Hulaghu Khan (cucu Genghis Khan dari Tolui saudara angkat Kwee Ceng:)-fiksi- dlm Legend of Condor Heroes/Sia Tiaw Eng Hiong) meneruskan penaklukan ke bumi Syam/Syria yaitu ke arah kekuasaan Kesultanan Mamluk.
Pertempuran yang terjadi antara Al-Malik Al Muzhafar Saifuddin Qutuz dan Ruknuddin Baybars/Bibris vs Kitbugha/Katabgha Noyen(jabatan seperti KSAD, membawahi 1 tumen(10.000 tentara) dan Knights of Templars

Banyak ahli sejarah menganggap pertempuran ini termasuk salah satu pertempuran yang penting dalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Asia Tengah dimana mereka untuk pertama kalinya mengalami kekalahan telak dan tidak mampu membalasnya dikemudian hari seperti yang selama ini mereka lakukan jika mengalami kekalahan. Perang ini merupakan satu titik perubahan (turning point) bagi kebiadaban dan kerakusan tentara Mongol yang menghabisi segala apa yang mereka lalui dari timur ke barat dan akhirnya kemarahan mereka ditamatkan oleh tentara-tentara Allah di Ain Jalut.

Hulagu Khan, pewaris tahta Gengis Khan
Kekaisaran Mongol dibentuk oleh Genghis Khan pada abad ke-13 M. Genghis Khan bercita-cita untuk meluaskan kekaisarannya dari timur ke barat dan mengahancurkan apa saja yang menghalangi mereka dari mencapai cita- cita tersebut. Invansi mereka bermula dengan menaklukkan beberapa negara di sekitar Mongolia dan mereka terus “merangsek” ke timur yang dikuasai oleh umat Islam. Sayangnya cita- cita Genghis Khan untuk melihat kekaisarannya terbentang luas dari timur ke barat tidak pernah tercapai karna nyawanya telah dicabut oleh Allah, setelah beliau jatuh dari kuda tunggangannya. Namun begitu, pada 1251M, Hulagu Khan cucu Genghis Khan setelah dilantik menjadi pewaris tahta kekaisaran Mongol, berjanji untuk meneruskan cita-cita kakeknya untuk menguasai seluruh penjuru dunia.
Untuk merealisasikan impian ini, Hulagu Khan mengumpul kekuatan tentaranya di Asia Tengah selama 2 tahun sebelum melancarkan serangan ke atas umat Islam yang bernaung di bawah keKhilafahan Abasiyyah. Pada tahun 1253M, Hulagu Khan mula melakukan ekspedisi penaklukan ke atas wilayah Khilafah Abasiyyah. Tentara yang telah menaklukan 200 kota dalam masa hanya 2 tahun ini dan mampu bergerak jauh dalam satu hari serta memiliki peralatan peperangan yang canggih, hasil invansi panglima perang mereka, akhirnya telah berjaya menusuk masuk ke jantung Khilafah Abasiyyah. Akhirnya pada tahun 1258M, Baghdad, yaitu ibu kota Khilafah Abasiyyah jatuh ke tangan tentera Tartar. Di sana mereka membantai sultan Al-Mutasim beserta 50.000 tentaranya dan memotong kepala 100.000-1.000.000 penduduk Baghdad dan menyusunnya menjadi kepala piramida sebagai peringatan bagi negara-negara yang melawan kekuatan mongol, dan demikian juga jatuh Dinasti Ayyubiyah di Damaskus. Rencana Hulagu kemudian dilanjutkan ke arah selatan melalui Palestina, Mesir, untuk menghadapi kekuatan Islam besar terakhir, Kesultanan Mamluk.

Kejatuhan Syam/Syiria dan Palestina
Kejatuhan Baghdad merupakan satu peristiwa yang sangat tragis dalam sejarah umat manusia. Setelah berjaya mengalahkan tentara-tentara Khilafah, tentera Monggol dengan biadabnya membunuh 1.8 juta kaum muslimin yang berada di kota Baghdad. Juga tidak ketinggalan, Khalifah umat Islam turut dibunuh dengan kejam. Selama 3 tahun setengah, umat Islam hidup tanpa Khalifah. Ada ahli sejarah menukilkan bagaimana Hulagu Khan ini melakukan pembunuhan terhadap khalifah dengan cara memasukkan khalifah di dalam gulungan permaidani dan memijak dengan kudanya. Tidak cukup dengan itu, tentera Tartar yang biadab ini memusnahkan banyak kitab-kitab karangan cendiakawan-cendiakawan di Baghdad dengan mencampakkannya ke dalam laut sehingga air laut menjadi kehitaman akibat banyaknya kitab-kitab tersebut.

Kejatuhan Baghdad bukan puncak bagi penderitaan umat pada ketika itu. Sebaliknya umat semakin menderita dengan sikap sebagian raja dan ulama’ Islam pada masa itu yang sanggup menggadaikan agama semata-mata untuk mendapat jaminan kehidupan dari Mongol dan Tartar.
Siapakah yang tidak sedih bila melihat sebagian raja Islam menghulurkan tangan persahabatan dengan Hulaghu/Holako sedangkan darah jutaan umat Islam masih lagi belum kering! Raja Mosul, Badruddin Lu’lu’ menghulurkan tangan persahabatan dengan Hulaghu.
Begitu juga Kaikawis II dan Qalaj Arsalan, Raja Anadol/Anatolia. Raja Halab/Aleppo dan Damsyik/Damaskus, al-Nasir Yusuf juga mengambil langkah sama. Raja-raja itu telah membuka Iraq Utara, sebahagian Syam dan Turki kepada Mongol tanpa peperangan. Tidak cukup dengan itu. Kepedihan umat semakin berat apabila menyaksikan sebagian ulama’ pada masa itu mengeluarkan fatwa mengharuskan perjanjian damai tersebut dengan hujah-hujah yang keliru.
Hanya seorang Raja di daerah tersebut yang menegakkan jihad (1). Raja tersebut adalah Al-Kamil Muhammad al-Ayubi, Raja Miyafarqin. Miyafarqin adalah kota yang terletak sekarang ini timur Turki menuju ke sebelah barat Turki. Tentara Raja Al-Kamil Muhammad al-Ayubi menguasai timur Turki, barat laut Iraq dan timur laut Syria.
Tetapi kegilaan Tartar mengatasi segala-galanya. Kota Miyafarqin dikepung dan akhirnya jatuh. Begitu juga dengan Kota Halab/Aleppo. Kota Damsyik juga jatuh. Puncaknya adalah penjajahan Mongol/Tartar ke atas bumi Palestina.

Mesir Bumi Ribat (Benteng Islam)
Ketika Mongol memulai serangannya ke atas umat Islam, Mesir berada dalam krisis yang amat runcing. Ia berada di bawah pemerintahan kerajaan Mamalik (Mamluk) dan melalui satu pergolakan politik yang amat dahsyat. Kerajaan Mamalik Bahriah (salah satu fasa dalam kerajaan Mamalik) menguasai Mesir selama 144 tahun. Dalam tempo tersebut Mesir diperintah oleh 29 orang sultan. Satu jumlah yang banyak untuk pemerintahan selama satu abad setengah. Pada 29 orang sultan tersebut, 10 diantaranya mati dibunuh dan 12 diantaranya digulingkan. Ini jelas menunjukkan kepada kita bahwa kekuatan dan kekerasan adalah asas perubahan di dalam kerajaan Mamluk.

Setelah fasa Mamalik Bahriah, menyusul pula fasa Mamalik Muizziah/Burji. Pemerintah awal di fasa ini adalah Raja Izzuddin Aibak. Beliau berhasil mengembalikan kestabilan politik kepada Mesir. Tetapi kestabilan itu hanya bertahan selama tujuh tahun. Keadaan kembali kacau selepas pembunuhan beliau dan seterusnya pembunuhan isterinya, Syajarah ad-Dur. Setelah berganti pemerintahan, akhirnya Mesir diperintah oleh Saifuddin Qutuz.
Pembunuhan Raja Izzudin Aibak dan isterinya telah membawa kepada perselisihan di antara Mamalik Bahriah (pendukung kerajaan lama) dan Mamalik Muizziah (kerajaan baru yang diperintah oleh Qutuz) dan hal ini masih berlangsung di zaman Qutuz. sebagian pendukung Mamalik Bahriah mengambil sikap berpindah ke bumi Syam dan lain-lain. Manakala yang tinggal menetap di Mesir mengambil sikap mengasingkan diri. Ini menjadikan Mesir lemah dari sudut pertahanan karena dasar pasukan Tentara Mesir adalah pendukung Mamalik Bahriah.
Di masa yang sama, serangan Mongol ke atas bumi Syam telah memutuskan kontak antara Mesir dan Syam. Tiada hubungan di antara keduanya. Mesir juga tidak mendapat bantuan dari Sudan dan negara-negara di utara Afrika. Ini menjadikan Mesir seolah-olah sendirian di tengah-tengah krisis yang terjadi di seluruh negara Islam.
Keadaan menjadi semakin buruk apabila Mesir juga pada masa itu ditimpa krisis ekonomi. Perang Salib yang terjadi sebelum itu telah melumpuhkan ekonomi Mesir. sebagian dari lokasi perang salib adalah di bumi Mesir. Tentara Mesir juga adalah Tentara yang banyak terlibat di dalam perang salib yang terjadi di tempat lain. Shalahudin Ayubi menjadikan Mesir sebagai salah satu benteng pertahanannya.
Disamping sebagian Tentara Salib yang masih ada di bumi Islam, masalah ditambah lagi dengan kedatangan musuh baru Islam yaitu Mongol.

QUTUZ, Penyelamat Umat Islam
Qutuz ditunjuk sebagai gubernur Mesir oleh Sultan Aybak. Dia tetap menjadi gubernur Mesir ketika Sultan Aybak dibunuh pada tahun 1257 dan digantikan anaknya Al-Mansur Ali. Aybak dibunuh oleh Keluarga Kerajaan dari Mamluk Bahri(Orang Turki Kipchaks dan berpusat di air di Rodah/Rhode Island) sedangkan Aybak adalah Mamluk Burji(orang Turki Cerkes yg berpusat di QAHIRA/KAIRO).Setelah kedatangan pasukan Mongol pada tahun 1258, Qutuz melakukan kudeta dan merebut kekuasaan dari tangan Al-Mansur Ali pada tanggal 12 November 1259. (2)
Qutuz menaiki tahta Mesir pada 24 Zulqaedah 657 H.
Sebelum beliau menaiki tahta Mesir, Serangan pertama Mongol (617 H), serangan kedua Mongol (628 H) dan kejatuhan Baghdad (656 H) telah pun terjadi dan meninggalkan kesan yang amat parah kepada umat Islam di luar Mesir. Selepas beliau menaiki tahta Mesir pula, Halab jatuh ke tangan Mongol pada Safar 658 H dan Damsyik jatuh pada Rabi’ul Awal 658 H menjadikan keadaan di luar Mesir bertambah gawat. Kejatuhan Palestina keseluruhannya juga terjadi pada masa yang sama. Mesir berbatasan dengan Palestina di sebelah timur Mesir pada Kota Gaza.
Demikianlah kita melihat Qutuz terbebani dengan satu masalah yang cukup berat. Sasaran Mongol seterusnya adalah Mesir sedangkan Mesir tidak bersedia untuk menambah masalah baru disamping masalah-masalah internal dan eksternal yang sudah ada.
Sikap yang ditunjukkan oleh Qutuz amat membanggakan umat Islam pada ketika itu. Sikap itu terus menerus menjadi puncak kepada keagungannya pada pandangan mata umat sepanjang zaman. Qutuz mengambil keputusan untuk menghadapi Mongol dan tidak akan lari sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian umat Islam. Dia juga mengambil sikap tidak akan mengulurkan perdamaian kepada Mongol sebagai mana yang menjadi pilihan sebagian Raja-raja Islam ketika itu.


Tiga Langkah Awal yang Jenius
Qutuz mengambil tiga langkah awal sebelum melancarkan peperangan ke atas Mongol. Ketiga-tiga langkah ini dilihat amat berkesan dan menjadi sumber kekuatan kepada Tentara Islam pada ketika itu.
Langkah pertama yang diambil oleh Qutuz adalah mengembalikan kestabilan keadaan internal Mesir. Beliau memanggil golongan istana, pembesar-pembesar, menteri-menteri, ulama’-ulama’ dan golongan berpengaruh di dalam masyarakat. Beliau berkata kepada mereka: “Apa yang aku inginkan dari jabatan ini hanyalah agar kita bersatu untuk melawan Mongol. Urusan itu tidak mampu diselesaikan tanpa Raja. Apabila kita berhasil keluar dari masalah ini dan mengalahkan Mongol, urusan ini terletak di tangan kamu semua. Pilihlah siapa saja yang kamu kehendaki untuk menjadi pemerintah.”
Ucapan Qutuz tersebut telah meredakan ketamakan sebagian dari pembesar yang berniat untuk merampas tahta Mesir dari tangan Qutuz.
Di masa yang sama beliau telah memecat Menteri, Ibnu binti al-A’az dan menggantikannya dengan Zainuddin Ya’kub bin Abd Rafi’. Ini kerana beliau lebih meyakini kesetiaan Zainuddin Ya’kub daripada Ibnu binti al-A’az. Kemudian beliau mengekalkan Farisuddin Aqtai as-Soghir sebagai panglima Tentara walau pun beliau adalah pendukung Mamalik Bahriah.
Langkah kedua yang telah dilakukan oleh Qutuz adalah memberikan pengampunan kepada semua pendukung Mamalik Bahriah. Perselisihan yang terjadi sebelum ini yang berpuncak dari pembunuhan Raja Izzuddin Aibak ingin segera dihentikan oleh Qutuz.
Mamalik Bahriah mempunyai pengalaman yang luas di dalam medan peperangan. Di antara kehebatan yang pernah mereka tunjukkan adalah kemenangan mereka di dalam Perang Mansurah (salah satu siri perang Salib) pada tahun 648 H.
Pengampunan itu telah berhasil membujuk mereka yang telah keluar meninggalkan Mesir untuk kembali ke Mesir. Rombongan pendukung Mamalik Bahriah(termasuk Baybars) kembali berduyun ke Mesir dari bumi Syam, Karak (di Jordan sekarang) dan bumi kerajaan Turki Saljuk. Dengan itu Mesir berhasil mendapatkan kembali kekuatan tentaranya.
Langkah ketiga yang diambil oleh Qutuz adalah mengusahakan penyatuan kembali antara Mesir dan Syam. Seperti yang diceritakan sebelum ini, Raja Damsyik dan Halab (sebagian dari bumi Syam) iaitu Raja Nasir al-Ayubi telah melakukan perjanjian damai dengan Mongol. Perjanjian itu tidak berhenti dengan memohon perdamaian, bahkan Raja Nasir al-Ayubi pergi lebih jauh dari itu dengan meminta bantuan Mongol untuk menjatuhkan Mesir.
Qutuz menulis surat kepada Raja Nasir al-Ayubi(keturunan keluarga Al Ayubi) memohon penyatuan Mesir dengan Syam. Bahkan beliau menyatakan kesanggupannya untuk duduk di bawah Raja Nasir al-Ayubi. Malangnya surat tersebut tidak digubris.
Tetapi apabila Damsyik dan Halab ditawan oleh Mongol dan selepas Raja Nasir al-Ayubi lari menyelamatkan diri ke Karak, Tentara Syam telah bergerak menuju ke Mesir dan bergabung dengan Tentara Mamalik. Kesatuan ini menambahkan lagi kekuatan Mesir dan memberikannya satu semangat yang cukup kuat untuk berhadapan dengan Mongol.
Ketiga-tiga langkah ini telah memberikan Mesir satu kekuatan baru pada awal tahun 658 H. Di sini tampaklah kepada kita kecekatan dan kesungguhan Qutuz. Ketiga-tiga langkah awal yang mungkin memerlukan masa yang panjang untuk dicapai, telah berhasil diselesaikan oleh Qutuz dalam masa tidak sampai tiga bulan saja dari masa beliau menaiki tahta Mesir.
Disimpulkan bahawa keadaan dunia Islam pada awal tahun 658 H adalah:
a. Mesir berhasil mendapatkan kembali kekuatannya
b. Baghdad, Halab/Aleppo dan Damsyik/Damaskus jatuh ke tangan Mongol disamping negara-negara lain yang telah jatuh sebelumya (Daulah al-Khowarizmiah, Daulah Arminiah, Daulah Karjiah)
c. Palestina keseluruhannya jatuh ke tangan Mongol termasuk Gaza yang terletak hanya 35 kilometer dari batasan Mesir

Surat Hulagu Khan
Hulagu Khan tidak berhenti di sini sahaja. Setelah berjaya menakluki Baghdad, dia mengutus delegasi Mongol ke Mamluk Mesir, yaitu Sultan Muzaffar Saifuddin Qutuz. Delegasi ini datang dengan membawa surat dari Hulagu Khan. Ketika itu Mesir masih lagi di peringkat awal untuk mempersiapkan dirinya, empat orang wakil Hulaghu telah datang memberikan surat perutusan dari beliau. Wakil tersebut datang beberapa hari selepas kejatuhan Halab (Safar 658 H), yaitu hanya tiga bulan selepas Qutuz menaiki tahta Mesir (Zulqaedah 657 H).
Surat tersebut telah melecehkan kekuatan tentara Islam dan memberikan 2 pilihan kepada mereka; menyerah atau berperang. sebagian dari pembesar pada masa itu awalnya merasa takut dan ingin menarik diri karena persiapan(wilayah n jumlah pasukan) Mesir pada waktu itu masih tidak seberapa jika dibandingkan dengan Mongol yang menguasai satu kawasan jajahan yang cukup luas (dari Korea ke Polandia hari ini).
Surat Hulagu Khan ini berbunyi :
Dari Raja Segala Raja di Timur dan Di Barat, Khan Yang Agung Kepada Qutuz si Mamluk yang lari dari pedang-pedang kami!
Kamu seharusnya berfikir mengenai apa yang telah terjadi ke atas negara-negara yang lain dan menyerah kepada kami. Kamu pun mendapat khabar berita bagaimana kami telah menawan kekaisaran yang begitu besar, menyucikan bumi ini dari kerusakan yang mencacatkannya. Kami telah menawan kawasan yang luas dan membunuh semua manusia dengan kejam. Kamu tidak akan terlepas dari kerakusan dan kekejaman tentera kami!
Ke mana lagi kamu ingin lari? Jalan mana lagi yang kamu akan gunakan untuk melepaskan diri dari kami? Kuda-kuda kami berlari kencang, anak-anak panah kami tajam, pedang-pedang kami bagaikan guruh yang menakutkan, hati-hati kami keras bagaikan gunung ganang, laskar-laskar kami banyak tak terbilang. Benteng-benteng kukuh tidak akan dapat menghalang kami, senjata-senjata tidak akan dapat membendung kami. Do’a kamu tidak akan membawa apa-apa bagi atas kami. Kesedihan dan ratapan tidak kami pedulikan. Hanya mereka yang merayu untuk perlindungan kami akan selamat.
Bersegeralah dalam membalas surat ini sebelum api peperangan bermula. Jika kamu melawan, maka pasti kamu akan menderita dan tersiksa dengan kehancuran yang dahsyat. Kami akan menghancurkan masjid-masjid kamu dan membuktikan kelemahan Tuhan kamu. Kemudian kami akan membunuh anak-anak kamu dan orang-orang tua di kalangan kamu.
Kini, hanya kamulah satu-satunya musuh yang perlu kami hadapi.

Setelah menerima surat tersebut, Saifuddin Qutuz tidak gentar sedikitpun. Beliau dengan berani membunuh delegasi Mongol dan kepala mereka di gantung di pintu kota Mesir. (catatan : Islam tidak membenarkan membunuh delegasi asing yang diutuskan. Kebanyakan ahli sejarah menyatakan bahwa tujuan kedatangan delegasi tersebut bukanlah sekadar mengantar surat Hulagu Khan semata-mata, tetapi telah bertindak sebagai mata- mata tentara Tartar. Hal ini biasa dilakukan Mongol sebelum berperang seperti yang mereka lakukan-mata2- terhadap Hongaria oleh Jenderal Subotai).(3)).
Qutuz mengumpulkan pembesar-pembesar dan panglima-panglima perangnya lalu berkata kepada mereka:
“Wahai pimpinan muslimin! Kamu diberi gaji dari Baitul Mal sedangkan kamu tidak suka berperang. Aku akan pergi berperang. Barangsiapa yang memilih untuk berjihad, temannya aku. Barangsiapa yang tidak mau berjihad, pulanglah ke rumahnya. Allah akan memerhatikannya. Dosa kehormatan muslimin yang dicabuli akan ditanggung oleh orang yang tidak turut berjihad.”
Kata-kata beliau telah menyentak dan menyadarkan kembali pembesar-pembesar Mesir ketika itu. Mereka bukan berhadapan dengan dua pilihan yang diberikan oleh Hulaghu, tetapi mereka berhadapan dengan pilihan yang diberikan oleh Allah terhadap mereka. Jihad pada ketika itu adalah fardhu ain dan mereka tidak ada pilihan selain dari itu.
Kekuatan dinamis kemudian berubah karena kematian Mongke Khan Agung, mendorong Hulagu dan pemimpin senior Mongol lainnya untuk kembali ke Mongolia untuk memutuskan penggantinya. Sebagai pengganti Great Khan yang berpotensi, Hulagu membawa sebagian besar pasukannya dengan dia, dan meninggalkan kekuatan yang jauh lebih kecil, hanya sekitar satu atau dua tumens (10,000-20,000 laki-laki) di bawah pemimpin jendral terbaik, seorang Kristen Nestorian Turki yang bernama Kitbuqa NOYAN.

Pada akhir Agustus, pasukan Kitbuqa melanjutkan perjalalanan ke selatan dari basis mereka di Baalbek, melewati sebelah timur Danau Tiberias melalui Palestina. Sultan Mamluk, Qutuz pada waktu itu bersekutu dengan sesama Mamluk, Baibars, yang ingin membela Islam setelah Mongol menaklukan Damaskus dan sebagian besar Bildd al-Syam.

Bangsa Mongol berusaha untuk membentuk aliansi Perancis-Mongol dengan (atau paling tidak, pengajuan permintaan) sisa-sisa Kerajaan Tentara Salib Yerusalem yang sekarang berpusat pada Acre, tapi Paus Alexander IV melarang ini. Ketegangan antara kaum Frank dan Mongol juga meningkat ketika Julian dari Sidon menyebabkan insiden yang mengakibatkan kematian salah satu cucu Kitbuqa. Kitbuga marah dan memusuhi Sidon penguasa kota Acre, sehingga memberikan kesempatan bagi Mamluk untuk mencari bantuan militer terhadap Mongol.

Fatwa “Sultanul Auliya” Izzudin bin Abdis Salam al Hanafi dalam Masalah Pajak untuk Biaya Perang
Selesai dari masalah surat Hulaghu, Qutuz berhadapan dengan satu masalah lain yaitu sumber keuangan untuk mempersiapkan Mesir menghadapi peperangan. Biaya yang besar diperlukan untuk memperbaiki benteng, jembatan, membeli senjata dan peralatan perang serta bekalan makanan yang mencukupi untuk tentara dan rakyat jika Mesir dikepung oleh Mongol. Dalam keadaan Mesir yang dilanda dengan krisis politik dan ekonomi ketika itu, Qutuz tidak mempunyai waktu yang banyak untuk menyelesaikan masalah itu setelah surat ancaman Hulaghu sampai kepadanya memberikan isyarat bahwa serangan Mongol akan datang sewaktu-waktu. Mongol sudah berada di perbatasan Mesir.
Qutuz memanggil para pembesar negara lalu melakukan musyawarah. Pilihan yang ada pada mereka adalah untuk meminta bantuan uang dari rakyat jelata. Hal ini perlu dilakukan segera. Mereka tidak ada pilihan selain dari itu. Tetapi pilihan ini memerlukan satu fatwa yang dikeluarkan oleh ulama’ Islam karena umat tidak pernah kenal ada cukai/pajak lain selain dari zakat(4). Tanpa fatwa tersebut, Qutuz tidak akan melakukannya karena menyelesaikan masalah dengan jalan yang tidak syar’i hanya akan menyebabkan Mesir ke dalam masalah lain yang mungkin lebih besar. Syariat adalah batas bagi segala-galanya.
Di antara yang dipanggil untuk turut serta di dalam musyawarah tersebut adalah seorang ulama’ bernama al-Izz bin Abdis Salam (lebih dikenali sebagai Izzuddin Abdis Salam). Beliau lahir pada tahun 577 H. Ketika musyawarah tersebut umurnya sudah mencapai 81 tahun. Ibnu Daqiq al-Ied menggelarnya sebagai “Sulthanul Auliya” Sultan kepada semua ulama’.
Gelar ini diberikan karena sifat beliau yang amat tegas dalam menasihati para pemerintah dan panglima perang ketika perang Salib sedang terjadi. Beliau bukan saja memberikan fatwa dalam masalah ibadah tetapi juga turut campur tangan memberikan fatwa dalam masalah politik dan peperangan.
Beliau pernah dipenjarakan di Damsyik dan Quds karena kelantangan fatwanya terhadap pemimpin Islam yang mengkhianati umat Islam dan melakukan perjanjian dengan Tentara Salib. Setelah dibebaskan oleh Raja Shalih Najmuddin Ayub, raja Mesir ketika itu, beliau berpindah ke Mesir dan menjadi Mufti Mesir setelah sebelumnya menjadi Mufti di Palestina dan Syam.
Ketika Qutuz mengumumkan agar dilakukan pajak dari rakyat jelata, Izzuddin Abdis Salam mengeluarkan satu fatwa yang cukup tegas. Beliau berkata:
“Apabila negara Islam diserang, wajib atas dunia Islam untuk memerangi musuh. Harus diambil dari rakyat jelata harta mereka untuk membantu peperangan dengan syarat tidak ada harta langsung di dalam Baitul Mal. Setiap kamu (pihak pemerintah) pula hendaklah menjual semua yang kamu miliki dan tinggalkan untuk diri kamu hanya kuda dan senjata. Kamu dan rakyat jelata adalah sama di dalam masalah ini.”
Ada pun mengambil harta rakyat sedangkan pimpinan tentara memiliki harta dan peralatan mewah, maka hal ini adalah tidak harus.”
Fatwa yang cukup tegas ini disambut juga dengan ketegasan oleh Qutuz.
Beliau memerintahkan semua pembesar negara dan pimpinan perang agar menyerahkan semua yang mereka miliki kepada negara. Hasil yang menakjubkan; Mesir adalah negara yang kaya. Tetapi kekayaan tersebut telah disalahgunakan oleh sebagian pimpinan pada masa itu. Penyerahan harta dari pembesar negara telah disambut oleh rakyat jelata. Mereka mula menyumbangkan harta masing-masing untuk memenuhi tuntutan biaya perang. Semua turut serta dalam memberikan sumbangan. Fatwa Izzudin bin Abdis Salam benar-benar dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan segera.

Kejutan dari Qutuz; Menyerang Mongol bukan Bertahan di Mesir
Mesir sudah siap siaga untuk menghadapi Mongol. Segala daya dan upaya telah diambil oleh Qutuz. Qutuz berhasil menaikkan semangat rakyat Mesir, memadamkan perselisihan di antara pembesar Islam, mendamaikan antara Mamalik Bahriah dan Mamalik Muizziah/Burji, menyatukan antara Mesir dan Syam, dua wilayah Islam yang kuat, mengecilkan Mongol pada pandangan umat Islam, membersihkan jiwa pembesar dan rakyat serta berhasil membersihkan uang-uang haram dan melancarkan jihad dengan menggunakan uang yang halal.
Dengan kekuatan tersebut, Qutuz memilih untuk melakukan tindakan yang cukup berisiko. Beliau telah memberikan pandangannya di dalam musyawarah dengan pimpinan pasukan agar mereka keluar menyerang Mongol di bumi Palestina dan mengubahnya dari rencana awal yaitu menunggu serangan Mongol di Mesir. Pandangan ini sangat mengejutkan para pimpinan pasukan sehingga sebagian dari mereka agak gamang dan terkejut setelah mendengar pandangan tersebut. Perundingan terus berjalan dan Qutuz menerangkan kepada mereka maksud pilihannya itu.
Qutuz menegaskan beberapa poin penting yang mungkin tidak disadari oleh sebagian pimpinan pasukan akibat terlalu lama berada dalam krisis politik.
a. Keselamatan Mesir bukan terletak di Kaherah/Qahira/Kairo tetapi sebaliknya bermula dari batasan Mesir di sebelah timur. Dengan itu usaha untuk menyelamatkan perbatasan Mesir – Palestina mesti dilakukan dari awal yaitu dengan cara menyerang Mongol di Palestina.
b. Berperang di luar Mesir memberikan Mesir keuntungan; yaitu mereka masih ada peluang kembali ke Mesir untuk menyusun strategi kembali jika nanti kalah di Palestina. Tetapi jika mereka kalah di dalam bumi Mesir, mereka tidak mempunyai peluang tersebut. Sebaliknya, Mongol dengan mudah dapat terus menerobos ke Kaherah, ibu kota negara Mesir.
c. Pasukan Islam mesti melakukan kejutan kepada musuh dengan cara mereka yang menentukan tempat dan waktu untuk berperang. Dengan itu, mereka berada dalam keadaan cukup siap untuk berperang dalam keadaan musuh tidak siap sepenuhnya.
d. Mesir bertanggungjawab bukan saja atas keselamatan Mesir tetapi juga atas keselamatan bumi-bumi Islam yang lain. Jihad mempertahankan negara Islam yang dijajah adalah fardhu atas negara tetangga jika negara yang dijajah itu tidak mampu mempertahankan dirinya.
e. Umat Islam mempunyai kewajiban untuk menyerang dan membuka negara Mongol lalu menawarkan kepada mereka Islam atau jizyah/upeti. Apalagi jika pasukan Mongol berada di bumi Islam, kewajiban untuk membuka yang dijajah oleh Mongol tersebut lebih wajib lagi daripada menyerang negara Mongol sendiri.

Setelah perbincangan yang panjang, akhirnya keputusan diambil bersama. pasukan Islam akan bergerak menuju ke bumi Palestina dan menyerang Mongol di sana.

Perjanjian Damai antara Islam – Salib di Akka/Acre/Acco
Untuk sampai ke tempat yang sesuai dijadikan medan perang di Palestina, pasukan Islam terpaksa melalui Kota Akka. Kota Akka pada saat itu masih berada di bawah jajahan pasukan Salib sejak tahun 492 H. Mereka telah berada di Akka selama 166 tahun. Terdapat generasi pasukan Salib di Kota tersebut.
Pasukan Salib berada dalam keadaan yang cukup lemah di Akka. Kelemahan ini hasil dari keletihan peperangan yang mereka terpaksa hadapi dari pasukan Shalahudin Al Ayyubi sebelum ini. Pembebasan Al Quds terjadi pada tahun 643 H. Peperangan Mansurah terjadi pada tahun 648 H. Selepas peperangan tersebut, banyak pasukan Salib yang dijadikan tawanan termasuk King Louis IX, Raja Perancis.
Walaupun begitu, untuk membebaskan Akka dari pasukan Salib tidaklah semudah yang diperkirakan. Benteng terkuat pasukan Salib adalah di Akka. Banyak percobaan termasuk percobaan oleh Shalahudin al-Ayyubi untuk membebaskan Akka menemui kegagalan sebelum ini. Termasuk juga kemungkinan akan terjadi sekali lagi kesepakatan antara pasukan Mongol dan pasukan Salib yang akan menguatkan kembali Akka.
Langkah yang diambil oleh Qutuz adalah melakukan perjanjian damai sementara dengan pemerintah Salib di Akka. Perjanjian damai ini akan berakhir apabila peperangan menentang Mongol selesai. Langkah ini diambil oleh Qutuz atas beberapa pertimbangan:
a. Memerangi pasukan Salib dan pasukan Mongol serentak akan menghilangkan tumpuan pasukan Islam dan melemahkan mereka.
b. Mongol adalah masalah utama ketika itu.
Qutuz menghantar utusannya untuk menawarkan perjanjian damai. Beberapa syarat diberikan oleh Qutuz kepada pasukan Salib yang menunjukkan bahwa Islam sebenarnya berada di posisi kuat ketika melakukan perjanjian dan bukan di posisi lemah. Ia tidak boleh disamakan dengan perjanjian yang terjadi di antara sebagian pihak yang mewakili Palestina sekarang dengan Yahudi penjajah.
Wakil Qutuz menawarkan kepada penduduk Akka keamanan. Mereka juga menawarkan akan menjual kuda-kuda pasukan Mongol dengan harga yang murah kepada penduduk Akka jika mereka berhasil menjatuhkan Mongol. Tawaran ini amat menarik bagi penduduk Akka yang memang kekurangan kuda. Kuda-kuda Mongol terkenal di zaman itu sebagai kuda yang kuat.
Tetapi di saat yang sama, wakil Qutuz mengenakan syarat bahwa Akka perlu memberikan bantuan makanan dan apa-apa yang diperlukan oleh pasukan Islam sepanjang mereka berada di Palestina. Wakil Qutuz juga memberikan peringatan keras kepada pasukan Salib di Akka bahwa jika terjadi pengkhianatan di pihak pasukan Salib, pasukan Islam akan meninggalkan peperangan melawan Mongol dan menumpukan sepenuh tenaga mereka kepada pasukan Salib sehingga Akka berhasil dibebaskan.
Di pihak pasukan Salib, mereka sebenarnya tidak mempunyai pilihan yang lebih baik dari menerima tawaran tersebut. Menolak tawaran perjanjian damai akan menaikkan kemarahan pasukan Islam dan kemungkinan akan membawa kepada kejatuhan Akka. Karena itu, Akka dengan segera menerima perjanjian damai sementara itu. Maka, jalan Qutuz dan pasukan Islam ke Palestina untuk berhadapan dengan Mongol kini terbuka

Pembersihan Shaf Pasukan Muslimin dari Munafikin
Kini, peperangan benar-benar berada di ambang mata. Peperangan dahsyat benar-benar akan terjadi. Kejutan terjadi kepada sebagian pasukan yang pada awalnya menyangka bahwa usaha Qutuz tersebut hanyalah usaha menaikkan semangat. Ketakutan menyelubungi mereka karena Mongol adalah kekuatan gila yang tidak pernah dikalahkan. Pasukan Salib tidak segila itu. Bahkan pada zaman itu keluar dari mulut ke mulut satu mitos yang diterima oleh semua orang pada masa itu, ˜jika kamu mendengar Mongol dikalahkan, jangan percaya”.
Mereka lari meninggalkan pasukan Islam. Sebagiannya lari ke bumi Hijaz. Ada yang lari ke Yaman. Ada juga yang lari jauh sehingga ke Maroko/Morocco. Hasilnya, pasukan Islam benar-benar bersih dari jiwa-jiwa yang kotor. Yang turut berperang adalah mereka yang benar-benar jelas azam/niatnya, kuat dan berani menanggung segala risiko. Mereka bersedia untuk syahid di jalan Allah.
Pasukan muslimin berada di puncak persiapan perang. Segala-galanya telah disiapkan oleh Qutuz, Raja yang menyerahkan kehidupannya untuk agama Allah. Usaha yang dimulai dari Dzulkaedah 657 H hingga Sya’ban 658 H itu (tidak sampai 10 bulan) telah benar-benar membuahkan hasilnya.
Kini pasukan Islam sudah benar-benar bersiap sedia untuk menghadapi Mongol.

Sya'ban 658 H: ke Bumi Palestina untuk Menumbangkan Mongol
Pergerakan pasukan Islam dimulai pada bulan Sya’ban 658 H, bertepatan dengan bulan Juli 1260 M. Bulan Juli adalah musim panas. Mengarungi padang pasir di musim panas bukanlah satu hal yang mudah. Ditambah lagi, mereka akan menghadapi bulan Ramadhan. Tetapi Qutuz tidak menangguhkan operasi tersebut.
Pasukan Islam dilatih di Kaherah/Kairo, Asyut, Iskandariah, dan Dimyat. Pada kamp-kamp latihan tersebut mereka berkumpul di Shalahiah yang terletak di Syarqiah, Mesir sekarang ini. Dari situ, mereka bergerak ke sebelah timur dan kemudian naik ke utara menuju ke Arisyh. Itulah Kota pertama mereka berteduh setelah mengarungi padang pasir dari Sholahiah.
Dari Arisyh mereka menuju ke Gaza yang berada di bawah penguasaan Mongol. Qutuz telah membagi pasukannya kepada dua kelompok. Kelompok pertama agak kecil jika dibandingkan dengan kelompok kedua. Kelompok pertama ini diketuai oleh panglima Islam yang hebat, Ruknuddin Baibras/Baybars/Bibris. Kelompok ini berjalan terpisah agak jauh dari kelompok kedua. Mereka berjalan menampakkan diri sementara kelompok kedua berjalan dengan perlahan dan sembunyi-sembunyi. Ini merupakan taktik perang yang dilakukan oleh Qutuz untuk mengelabui mata musuh agar musuh ceroboh dalam menghitung kekuatan pasukan Islam.

Kemenangan di Gaza
Pada 26 Juli 1260 M, Baibras sudah berhasil melewati perbatasan Mesir – Palestina. Dia berhasil melewati Rafah, Khan Yunus, dan Dir Balah. Kini, dia berada hampir dekat dengan Kota Gaza.
Pasukan Mongol berhasil mengetahui pasukan Baibras. Mereka menyangka bahwa pasukan itu adalah keseluruhan pasukan Islam tanpa mengetahui keberadaan pasukan kedua yang berada jauh dari Gaza. Berita tersebut sampai kepada pasukan Mongol. Ketika itu pasukan utama Mongol di bawah pimpinan Katabgha masih jauh dari Gaza. Mereka berada di bumi Lubnan/Lebanon, 300 kilometer dari Gaza. Dengan begitu, mereka menyambut satu pasukan yang tidak begitu besar untuk menghadapi pasukan Islam.
Terjadilah pertempuran antara dua pasukan tersebut. Kali pertama setelah puluhan tahun, pasukan Islam menang di dalam pertempuran melawan Mongol. Terbunuh di dalam peperangan tersebut sebagian pasukan Mongol. Pasukan yang selamat melarikan diri menyampaikan berita tersebut kepada Katabgha.
Marah bercampur terkejut. Itulah reaksi Katabgha dan pasukan Mongol ketika mendengar berita kekalahan mereka. Sebelum ini, mereka sudah terbiasa membunuh orang Islam tanpa mendapat perlawanan sengit. Mereka juga sudah terbiasa dengan beberapa Raja Islam yang menghinakan diri memohon perdamaian dari mereka. Di luar perkiraan mereka, masih ada pasukan Islam yang berani melawan mereka dan mampu mengalahkan mereka. Ini adalah pengalaman baru bagi Mongol.
Di pihak pasukan Islam, kemenangan itu menaikkan semangat mereka untuk terus berjihad. Mereka tidak lagi menoleh ke belakang. Sebaliknya mereka akan terus maju ke hadapan sampai kehancuran Mongol.

Pemilihan Lokasi Peperangan: Wadi Ain Jalut
Pasukan Islam terus bergerak dari Gaza melewati Asqalan dan Yafa. Dari situ mereka singgah sebentar di Akka dan berjumpa dengan pimpinan pasukan Salib di Akka untuk memastikan perjanjian masih dipatuhi oleh mereka. Selanjutnya, Qutuz dan pasukan Islam bergerak meninggalkan Akka menuju ke Ain Jalut. Di manakah Ain Jalut?

Ain Jalut terletak tidak jauh dari perkemahan Janin sekarang ini. Ia terletak di antara Kota Bisan dan Nablus. Ia terletak 65 kilometer dari Hittin/Hattin(5), medan peperangan Hittin yang terjadi pada tahun 583 H. Ia terletak 60 kilometer dari Yarmuk, medan peperangan Yarmuk(6), yang terjadi enam abad sebelumnya. Kedudukannya banyak mengembalikan memori pasukan Islam kepada kemenangan pasukan Islam sebelum itu.
Ia dipilih karena merupakan kawasan lapang yang luas dan dikelilingi oleh bukit kecuali di bagian utaranya. Bukit-bukit tersebut dipenuhi pohon-pohon yang memudahkan pasukan Islam untuk bersembunyi. Satu pasukan kecil di bawah pimpinan Baibras diletakkan di bagian utara sementara pasukan yang lain bersembunyi di balik pepohonan.
Kedua belah pihak berkemah di tanah suci Palestina pada bulan Juli 1260 dan akhirnya berhadapan di Ain Jalut pada tanggal 3 September 1260/25 Ramadhan 658 H dengan kekuatan yang hampir sama yaitu ± 20.000 pasukan.
Semua berada dalam keadaan siap sedia menanti kedatangan Katabgha dan pasukan Mongol.

24 Ramadhan 658 H Ketika Qutuz dan pasukan Islam sudah pun berada di bumi Ain Jalut, datang sejumlah sukarelawan dari Palestina. Sebelum ini mereka menyembunyikan diri dari medan peperangan. Kesungguhan Qutuz dan qudwah yang ditunjukkan oleh beliau telah menghilangkan ketakutan mereka. Di samping itu, medan Ain Jalut juga dipenuhi dengan petani-petani, anak-anak, dan wanita. Sebagiannya ada yang telah tua dan uzur. Semuanya keluar untuk memberikan bantuan dalam bentuk yang mereka mampu. Qutuz benar-benar berhasil menggerakkan umat Islam kembali ke medan jihad.Di hari yang sama, datang seorang utusan kepada pasukan Islam dan memohon untuk bertemu dengan Qutuz. Dia memperkenalkan dirinya sebagai wakil Sorimuddin Aibak, seorang muslim yang dijadikan tawanan Mongol dan dipaksa mengabdi untuk pasukan Mongol. Wakil tersebut berkata bahwa dia membawa beberapa pesan dari Sorimuddin Aibak untuk disampaikan kepada Qutuz.
Pesan tersebut adalah beberapa pemberitahuan penting untuk pasukan Islam:
a. Pasukan Mongol tidak lagi sekuat sebelum ini. Hulaghu telah membawa sebagian pasukan dan panglima perangnya ke Tibriz, Iran karena kematian Ogadai Khan. Kekuatan mereka tidak lagi sekuat ketika mereka menaklukkan Syam.
b. Bagian kanan pasukan Mongol lebih kuat dari bagian kiri mereka. Oleh karena itu, pasukan Islam hendaklah menguatkan bagian kiri mereka untuk menghadapi bagian kanan tersebut.
c. Asyraf al-Ayubi, Raja Hims yang sekarang ini bersama pasukan Mongol ingin kembali ke pangkuan pasukan Islam. Mereka akan melakukan tipu daya agar pasukan Mongol yang bersama mereka dapat dikalahkan.
Pemberitahuan ini diterima oleh Qutuz dengan penuh hati-hati, bimbang khawatir ini bagian dari taktik dan tipu daya Mongol.
Semua ini terjadi pada siang 24 Ramadhan 658 H di Ain Jalut.

Pada malamnya Qutuz dan pasukan Islam melakukan tahajud dan memohon pada Allah demi kemenangan pasukan Islam dalam pertempuran esok hari. Malam itu adalah malam 25 Ramadhan dan kemungkinan ia adalah malam Lailatul Qadar. Mereka menghabiskan malam mereka dengan tahajud dan doa serta menyerahkan diri kepada Allah. Moga-moga Allah menerima mereka sebagai hamba-Nya dan memberikan kemuliaan kemenangan atau syahid di medan pertempuran esok hari. Moga-moga esok adalah hari di mana mereka dapat menebus kematian jutaan umat Islam di tangan Mongol.

Jum’at, 25 Ramadhan 658 H
Fajar menyingsing tiba. Hari yang dinantikan oleh pasukan Islam dan muslimin yang bersama dengan mereka sudah menjelma. Hari itu adalah hari Jum’at 25 Ramadhan 658 H.
Pasukan Mongol di bawah pimpinan Katabgha tiba dari arah utara. Pasukan Islam bersembunyi di balik pohon-pohon. Pasukan kecil di bawah Baibras yang pada awalnya berjaga di sebelah utara dan menampakkan diri juga menyembunyikan diri mereka ketika pasukan Mongol tiba.
Qutuz memberikan arahan agar pasukan Islam keluar menampakkan diri secara bertahap, satu katibah(satuan militer dalam pasukan Mamluk) demi satu katibah.

Ketika katibah pertama turun dari bukit dan menghampiri pasukan Mongol, Katabgha dan pasukan Mongol terkejut ketakutan. Katibah ini turun dengan memakai pakaian berbelang putih dan merah. Keseluruhan peralatan senjata mereka dihias cantik. Mereka turun dalam keadaan tersusun. Pergerakan mereka sama dan seimbang. Katabgha bertanya kepada Sorimuddin Aibak: “Pasukan apakah ini?” Sorimuddin menjawab: “Inilah katibah Sanqar ar-Rumi.”
Kemudian turun pula katibah kedua. Katibah ini memakai pakaian berwarna kuning dan membawa senjata yang berhias indah. Mereka juga turun dalam keadaan tersusun, pergerakan yang sama dan seimbang.
Katabgha bertanya kepada Sorimuddin Aibak: “Pasukan apakah ini?” Sorimuddin menjawab: “Inilah katibah Balban ar-Rasyidi.”
Kemudian turun pula katibah seterusnya dengan memakai pakaian berwarna lain. Setiap kali katibah baru turun, Katabgha akan bertanya kepada Sorimuddin: “Pasukan apakah ini?” Sorimuddin yang tidak mengetahui keseluruhan nama-nama katibah Mamalik mulai mereka-reka nama tertentu untuk menambahkan ketakutan Katabgha.
Pasukan Mamalik terpecah kepada banyak katibah. Setiap katibah akan memakai warna tertentu yang membedakannya dengan katibah lain. Kuda mereka akan dihias dengan warna yang sama. Begitu dengan senjata, kemah dan bahkan rumah-rumah mereka di Mesir. Semuanya akan diwarnakan dengan warna katibah masing-masing.
Semua katibah ini adalah sebagian pasukan Islam yang dipimpin oleh Baibras. Induk pasukan yang masih banyak menyembunyikan diri bersama Qutuz.
Gendang mula dimainkan oleh pasukan gendang pasukan Islam. Sudah menjadi kebiasaan pasukan Mamalik, mereka akan meletakkan satu pasukan gendang di medan perang. Mereka memainkan irama yang akan memberikan isyarat tertentu kepada pasukan Mamalik. Isyarat tersebut hanya mampu dipahami oleh pasukan Mamalik. Setiap pergerakan pasukan akan ditentukan oleh gendang tersebut.
Pasukan Baibras sudah berada dekat dengan pasukan Katabgha. Peperangan sudah semakin dimulai.

Serangan Pertama: Awal Peperangan
Pertempuran pun akhirnya dimulai. Katabgha yang menyangka bahwa pasukan Baibras yang kecil itu adalah keseluruhan pasukan Islam telah mengarahkan keseluruhan pasukannya untuk masuk ke medan pertempuran. Mereka menyerbu masuk dengan jerit pekik yang kuat.
Baibras dan pasukannya berdiri tenang di tempat masing-masing menantikan serangan pasukan Mongol yang berjumlah berlipat ganda dari bilangan pasukan mereka. Ketika pasukan Mongol sudah dekat kepada mereka, Baibras memberikan isyarat kepada pasukannya untuk bergerak ke depan.
Pedang bertemu pedang, gendang dipukul bertambah kuat berselang seling memberikan kekuatan dengan takbir dari petani-petani yang berada di atas bukit. Darah mulai mengalir. Satu demi satu nyawa melayang. Walau pun begitu, Baibras dengan bilangan pasukan yang sedikit mampu bertahan hingga saat itu. Ketakutan mulai meresap masuk ke dalam diri pasukan Mongol. Belum pernah mereka menghadapi kekuatan sedemikian.
Pemilihan pasukan oleh Qutuz memang tepat. Panglima-panglima perang yang dipilih untuk berperang sejak awal dengan Mongol dan menghabiskan tenaga Mongol adalah panglima perang Mamalik terbaik. Mereka adalah panglima yang terlibat sekali di dalam mengukir kemenangan dalam peperangan Mansurah menentang pasukan Salib pimpinan Louis IX. Mereka memiliki kemahiran perang yang tinggi.
Qutuz dan induk pasukan masih menanti di sebalik tempat persembunyian mereka menyaksikan peperangan tersebut dan menunggu waktu yang tepat untuk masuk ke serangan kedua.

Serangan Kedua: Mengepung Pasukan Mongol
Masanya sudah tiba untuk Qutuz memberikan instruksi baru. Komando seterusnya adalah agar Baibras dan pasukannya berundur secara seimbang dan berpura-pura lemah. Taktik ini adalah taktik yang sama digunakan oleh pasukan Islam dalam peperangan Nahawand/Nehavend ketika pasukan Islam di zaman Khalifah Umar radhiyallahu anhu membuka Persia. Taktik ini digunakan untuk menarik pasukan Mongol yang sudah keletihan masuk ke tengah-tengah medan peperangan dan mengepung mereka di situ. Sebagaimana yang kita ketahui medan Ain Jalut berbukit di seluruh kawasannya kecuali di bagian utara. Kepungan itu agak mudah untuk dilakukan jika sekiranya Baibras berhasil menarik pasukan Mongol ke tengah medan.
Taktik yang dipakai oleh Sultan Qutuz dan panglima Baibars adalah dengan memancing keluar pasukan berkuda Mongol yang terkenal hebat sekaligus kejam kearah lembah sempit sehingga terjebak baru kemudian pasukan kuda mereka melakukan serangan balik dengan kekuatan penuh yang sebelumnya memang sudah bersembunyi di dekat lembah tersebut.
Ini bukanlah taktik yang mudah. Ia memerlukan satu perkiraan yang tepat. Terlalu cepat akan menyebabkan musuh menyadari taktik tersebut. Terlalu lambat akan menyebabkan kematian pasukan Islam.
Qutuz memberikan instruksi kepada pasukan gendang untuk memberikan komando baru ini. Baibras memahami irama gendang tersebut. Dengan cepat dia dan pasukannya mulai mundur ke belakang sedkiit demi sedikit dengan penuh hati-hati. Mereka berpura-pura menampakkan keletihan dan kelemahan mereka.
Katabgha tertipu. Dia mengarahkan seluruh pasukannya untuk masuk ke dalam medan perang tanpa menyadari taktik tersebut. Ini adalah hal yang cukup pelik terjadi kepadanya. Katabgha adalah panglima perang Mongol yang mahir. Menjadi panglima perang sejak zaman Genghis Khan. Ketika peperangan Ain Jalut, ia berusia lebih 60 tahun atau mungkin lebih 70 tahun. Satu usia yang memberikan pengalaman yang tidak sedikit berkenaan dengan taktik-taktik perang di zaman itu. Tetapi Allah mengatur segala-galanya.
Taktik ini berhasil. pasukan Mongol telah berada dalam kepungan. Pada saat induk pasukan Islam muncul, Katabgha menyadari kesalahannya. Di sini tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali terus berperang mati-matian. Mereka melihat kematian semakin menghampiri mereka.

Serangan Ketiga: Kekuatan bagian Kanan Mongol
Katabgha memberikan arahan agar semua pasukannya berjuang mati-matian. Mereka seolah-olah mengamuk dan menggasak pasukan Islam. Di sini terbukti kebenaran apa yang dikatakan oleh wakil Sorimuddin Aibak berkenaan kekuatan bagian kanan pasukan Mongol. bagian kiri pasukan Islam telah dihantam dengan dahsyat oleh mereka. Gugur di kalangan pasukan Islam seorang demi seorang sebagai syahid.
Qutuz yang melihat dari atas bukit merasakan kesulitan yang dihadapi oleh pasukan Islam. Langkah yang diambil oleh beliau amat menakjubkan. Beliau mencampakkan topi besinya lalu menggaungkan ˜wa Islaaamah”. Pekikan ini diucapkan oleh beliau sambil beliau turun ke medan perang dengan menunggang kudanya. Langkah ini diambil oleh Qutuz untuk menaikkan semangat pasukan Islam. Pasukan Islam bertambah semangat dengan turunnya Qutuz ke medan perang.
Pasukan Mongol terperanjat dengan kehadiran Qutuz di tengah-tengah medan perang. Qutuz memerangi mereka dengan penuh semangat seolah-olah beliau tidak sayang akan nyawanya. Beberapa libasan pedang dan tombak hampir menemui beliau. Kudanya berhasil ditikam mati oleh pasukan Mongol menyebabkan beliau terjatuh. Walaupun begitu beliau meneruskan jihadnya dengan berjalan kaki sehingga beliau berhasil mendapatkan kuda bantuan.
Seorang pembesar istana menjerit dan mencelanya karena lambat menaiki kuda. Beliau khawatir Qutuz terbunuh lalu dengan itu akan kalahlah pasukan Islam. Tetapi Qutuz menjawab: “Ada pun diriku, sesungguhnya ia sedang menuju surga. Ada pun Islam, ia mempunyai Tuhan yang tidak akan membiarkannya.”

Kematian Katabgha
Dibunuh oleh Jamaludin Aqusy as-Syams. Beliau adalah salah seorang panglima perang Mamalik. Pernah berada di bawah Raja Nasir al-Ayyubi. Kemudian beliau meninggalkannya setelah melihat pengkhianatan yang dilakukan oleh Raja Nasir al-Ayyubi.
Beliau mengejar pasukan Mongol sehingga berhasil masuk ke tengah-tengah pasukan tersebut. Di situ beliau melihat Katabgha. Jamaluddin tidak menunggu lama. Beliau mengumpulkan seluruh tenaganya dan melibas pedangnya ke arah leher Katabgha. Kepala Katabgha berpisah dari badan dan tercampak ke tengah medan perang di hadapan pasukan Mongol.
Ketakutan makin meningkat melihat kematian Katabgha di hadapan mata mereka. pasukan Mongol mulai melarikan diri melalui bagian utara Ain Jalut. pasukan Islam mengejar mereka.

Pertempuran Akhir di Bisan dan Berakhirnya Kekuatan Mongol
Pasukan Mongol berhasil memecahkan kepungan pasukan Islam. Mereka melarikan diri sejauh 20 kilometer dan berhenti di Bisan. pasukan Islam terus mengejar mereka.
Terjadi pertempuran yang lebih sengit. Kali ini, pasukan Mongol benar-benar menggila untuk memastikan mereka terus hidup. Qutuz berada di tengah-tengah medan peperangan memberikan semangat kepada pasukan Islam. Beliau melaungkan: “Wa Islaamah. Wa Islaamah. Wa Islaamah. Ya Allah bantulah hambamu, Qutuz untuk menghancurkan Mongol.”
Akhirnya kemenangan berpihak kepada pasukan Islam. Mereka berhasil mematahkan mitos bahwa Mongol tidak akan dikalahkan kapanpun jua.
Medan peperangan kembali sunyi. Tidak ada lagi bunyi gendang. Tidak ada lagi jeritan Mongol. Tidak ada lagi takbir para petani. Tidak ada lagi bunyi libasan pedang. Mayat-mayat pasukan Mongol mati bergelimpangan dalam bentuk yang mengerikan. Qutuz berjalan di tengah medan perang yang sudah sunyi melihat hasil peperangan selama sehari di bulan Ramadhan.
Pertempuran Ain Jalut ini menjadi dasar bagi peperangan mengenal ledakan meriam tangan (midfa dalam bahasa Arab) yang digunakan. Bahan peledak ini dibuat oleh Mamluk Mesir untuk menakut-nakuti kuda dan pasukan kavaleri Mongol dan menyebabkan gangguan dalam barisan mereka. Komposisi mesiu peledak meriam ini kemudian dijelaskan dalam bahasa Arab kimia dan manual militer pada awal abad ke-14.

Kesudahan yang Baik untuk Raja yang Hebat
Qutuz sujud ke bumi mensyukuri kemenangan tersebut. Beliau dan pasukannya berhasil membunuh semua pasukan Mongol. Tidak ada seorang pun dari pasukan Mongol yang berhasil melepaskan diri mereka hidup-hidup. Semuanya mati dibunuh oleh pasukan Islam dan oleh penduduk lokal yang memang dendam pada Mongol.
Kehormatan umat Islam berhasil dikembalikan. Kematian jutaan umat Islam berhasil dibalas oleh Qutuz. Beliau memang seorang pemimpin hebat yang berhasil menciptakan satu sejarah untuk dibanggakan oleh umat Islam sepanjang zaman. 10 bulan sudah cukup bagi Qutuz untuk menjatuhkan Mongol yang merajalela di bumi Islam selama lebih 40 tahun.
Sekembalinya beliau dari medan perang Ain Jalut yaitu dalam perjalanannya kembali ke Mesir, beliau ditikam dan terbunuh oleh para Emir(gubernur) di Shalihiya oleh Emir Badruddin Baktut, Emir Ons, and Emir Bahadir al-Mu’izzi. Beliau rahimahullah dimakamkan di Al Qusayr di Kairo/Qahira. Sultan Qutuz memerintah Mesir hanya 1 tahun. Beliau dikenal sebagai sultan pemberani, shalih, rendah hati, dan berbudi luhur seperti Sultan Shalahuddin Al Ayyubi yang hidup 2 abad sebelumnya. Baibars menjadi Sultan baru. Penerusnya akan menaklukkan benteng terakhir dari negara-negara Tentara Salib di Palestina pada tahun 1291. Lagi-lagi bangsa Mongol dikalahkan di Pertempuran Pertama Homs kurang dari setahun kemudian, dan benar-benar diusir dari Suriah.
Untuk Mencegah konflik internal, Hulagu Khan membawa kekuatan penuh untuk membalas kekalahan terhadap Mamluk di Ain Jalut. Berke Khan, Khan Kekhanan Kipchak di Rusia, telah masuk Islam, dan menyaksikan dengan ngeri ketika sepupunya menghancurkan Khalifah Abbasiyah, kepala spiritual Islam. Sejarawan Muslim Rashid al-Din Berke mengutip sebagai berikut "Dia mengirimkan pesan ke Mongke Khan, memprotes serangan di Baghdad (tidak tahu Mongke telah meninggal di Cina): "dia telah menghanguskan semua kota-kota Muslim, dan telah menyebabkan kematian Khalifah. Dengan bantuan Tuhan, aku akan memanggilnya untuk mempertanggungjawabkan begitu banyak darah tak berdosa. " Mamluk, belajar melalui mata-mata bahwa Berke adalah seorang Muslim yang baik dan tidak menyukai sepupunya sehingga mengirimkan utusan dan memelihara hubungan dengan Kekhanan berke di rusia.

Setelah suksesi Mongol terjadi, dengan Kubilai khan sebagai Khan Agung terakhir, Hulagu kembali ke Persia pada tahun 1262, dan mengumpulkan pasukannya untuk menyerang Mamluk dan membalaskan Ain Jalut. Namun, Berke Khan memprakarsai serangkaian serangan di wilayah hulagu di kaukasus dan menantang hulagu untuk bertempur di kaukasus. Hulagu menderita kekalahan berat dalam pertempuran di sebuah sungai di utara Kaukasus pada 1263. Ini adalah perang terbuka pertama antar Mongol, dan menandai akhir dari kerajaan Mongol bersatu.

Hulagu hanya mampu mengirim pasukan kecil dari dua tumens dalam satu-satunya upaya untuk menyerang Mamluk setelah Ain Jalut, dan itu pun gagal. Hulagu Khan meninggal pada tahun 1265 dan digantikan oleh putranya Abaqa.

Catatan:
1) Jihad dalam Islam ada 2 yaitu Tulab/Menyerang dan Difa’/defense/bertahan seperti di Palestina sekarang
2) Kesultanan Mamluk merupakan Kesultanan yang dibangun di atas kekuatan bukan keturunan. Siapa yang memiliki kemampuan dan kekuatan maka akan menjadi Sultan, sehingga Sultan yang berkuasa sering berganti-ganti dan sering terjadi pembunuhan para Sultan.
3) Jenderal terhebat Mongol dan termasuk Jenderal yang tidak pernah kalah dalam pertempuran, setara dengan Khalid bin Walid dalam kejeniusan.
4) Imam Asy Syathibi dalam Kitab Al I’tisham memasukkan hal ini dalam hal mashalih mursalah ketika pemerintah menarik pajak dari rakyatnya pada suatu waktu tertentu bukan untuk selamanya.
5) Medan tempur Shalahuddin Al Ayyubi di sebelah utara Ain Jalut
6) Perang antara para sahabat Nabi (Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq) dengan Romawi

sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Qutuz
http://en.wikipedia.org/wiki/Mamluk
http://id.wikipedia.org/wiki/Kitbuqa
http://www.saudiaramcoworld.com/issue/200704/history.s.hinge.ain.jalut.htm
http://bukitbarisan.wordpress.com/2010/02/12/perang-ain-jalut-qutuz-n-baibras-vs-mongol-n-knights-of-templars/

Jumat, 15 Oktober 2010

Renungan tentang Ukhuwah, Tajarrud dan Tsiqah

Oleh Prof. DR. Mohammed Badi’ – Mursyid Am Ikhwanul Muslimin

Tsiqah terhadap janji Allah dan dukungannya… apakah sudah bergeser rukun ini?! Marilah kita bangkit untuk memeliharanya dan memperbaiki apa yang telah terjadi..

Tsiqah terhadap perlindungan Allah pada jamaah yang penuh berkah ini yang mana kita hidup di dalamnya dengan penuh keberkahan dan keikhlasan, sehingga tumbuh benih di dalamnya diiringi doa bagi siapa yang mencintainya, dan kita bahagia berada di bawah naungannya, dan kita telah menyaksikan dan mendengar akan pengorbanan para penerusnya baik laki-laki maupun wanita, yang belia maupun yang dewasa; mereka mengorbankan harta dan jiwa mereka di jalan Allah dan sama sekali mereka tidak merasa lemah dan tidak pernah menyerah

فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لأكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلأدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ

“Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya”. (Ali Imran:195).

Bukankah ada sebagian dari jamaah ikhwanul Muslimin yang hijrah dan diusir dari rumah dan tempat tinggal mereka?

Bukankah ada diantara mereka yang disiksa dan dihukum mati?

Bukankah diantara mereka ada yang berjihad melawan penjajahan, pendudukan zionis dan pasukan salib, lalu ada yang berhasil membunuh dan terbunuh?

Bukankah ada diantara mereka yang mati syahid dibawah pecutan penyiksaan? Ada yang digantung diatas tiang gantungan? Sama sekali tidak ada kesalahan yang mereka lakukan kecuali hanya mengatakan Tuhan kami adalah Allah?!

Bukankah ada diantara mereka yang menjadi orang yang lemah, menjanda, dan yatim, dan ada diantara mereka yang tetap bersabar baik laki-laki maupun wanita berada di dalam penjara dan penangkapan sepanjang pertikaian antara yang hak dan bathil di semua tempat?!

Inilah jamaah kita… dan begitulah kemuliaannya… Demikianlah sejarah kita… apakah masih ada keraguan akan tsiqahmu terhadap jamaah ini?

Apakah masih ada keraguan akan tsiqahmu terhadap manhaj dan uslub jamaah ini?

Bahwa kami senantiasa mengikuti manhaj yang bersih sebagai undang-undang yang paten untuk merubah politik dan mengembalikan hak dan kemerdekaan.

Apakah masih ada keraguan terhadap tsiqah pada inti perubahan –dan juga terhadap saran-sarana eksternal- ketahuilah bahwa ini merupakan sarana perubahan internal yang ada dalam jiwa; untuk memperbaiki apa yang ada padanya dengan Allah SWT, terhadap dirinya dengan ikhwannya, terhadap dirinya dengan umat manusia seluruhnya bahkan terhadap dirinya dengan alam semesta sehingga menjadikannya sebagai kebenaran sebagaimana yang dimiliki oleh Rasululullah saw sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam?!

Marilah kita bangkit memelihara rukun ini dan memperbaiki apa yang telah terjadi.

Kemudian tsiqah terhadap qiyadahmu.. marilah kita berikan nasihat untuk mereka karena ia merupakan agama; karena agama adalah nasihat, dan dapat dimulai pada para pemimpin umat Islam.. seluruh pemimpin umat Islam dan masyarakat secara umum..seluruh masyarakat umum. Karena itu tsiqah bukan berarti pengkultusan dan bukan berarti tidak ada nasihat, bukan berarti ada keraguan dan tuduhan yang tidak mendasar, bukan berarti tidak berfikir pada sesuatu yang lebih baik, karena kita akan diberikan ganjaran terhadap pemikiran yang lebih baik, bahkan sekalipun dihadapan Rasulullah saw seperti yang terjadi pada perang Badr.

Adapun tajarrud adalah timbangan internal yang sangat sensitive sekali, membersihkan jiwa dari hawa nafsu dan tidak cenderung pada sisi kanan atau sisi kiri…

يَا دَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الأرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ

“Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah”. (Shad:26)

Tajarrud dalam mengeluarkan hukum (kebijakan)..

Apakah anda telah mencobanya saat menghadapi berbagai permasalahan pada dirimu? Bagaimanakah pertimbanganmu? Apakah anda mendengar dua sisi permasalahan dengan logika seorang jaksa yang memegang tegus prinsip keadilan?

Apakah andan menyadari bahwa jika terjadi kesalahan dalam suatu kebijakan maka kembali pada pertimbangan untuk memperbaikinya adalah solusi yang tepat?

مرني بحسن الأداء، ومُرْه بحسن الطلب

“Perintahkan saya untuk selalu baik menunaikannya, dan perintahkan pada dirinya untuk selalu baik dalam menuntut”

Itulah wasiat Rasulullah saw, tahukah engkau untuk siapakah wasiat tersebut? Itu adalah untuk Umar bin Al-Khattab, khalifah yang adil. Maka bagaimanakah dengan kita?!

Ya Allah anugrahkanlah kepada kami kejujuran dalam berkata-kata, keikhlasan dalam beramal, kebenaran pada saat marah dan ridha, berjihad di jalan Allah, tidak takut karena Allah terhadap celaan orang yang mecela sampai kami dapat berjumpa dengan Tuhan kami dalam berukhuwah yang saling mencintai, bukan dalam kesesatan dan menyesatkan, tidak dalam kehinaan dan penyesalan, tidak berubah, tidak memfitnah dan membawa fitnah. Amin, amin ya rabbal alamin.

Sumber: http://www.al-ikhwan.net

Selasa, 28 Juli 2009

Surviving and Winning in The Global Environtment

18 Prinsip Efektivitas Dakwah


Dalam sebuah pelatihannya, Mark Plus merumuskan 18 prinsip pemasaran di era globalisasi. Prinsip-prinsip ini dapat kita terapkan pula dalam melakukan aktivitas dakwah, menyeru manusia kembali kepada Allah SWT agar niat suci yang menggerakkan aktivitas tersebut dapat efektif dan berbuah hasil yang maksimal sesuai harapan. Ke delapan belas prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

Prinsip 1: Marketing is a Strategic Business Concept (Pemasaran adalah konsep bisnis yang strategis)
Seperti kata David Packard, pendiri Hewlett-Packard, Marketing is too important for marketing department (pemasaran terlalu penting buat sebuah departemen pemasaran). Oleh karen itu, keputusan-keputusan segmentasi, posistioning, targeting, dan keputusan-keputusan strategis lainnya harus dikendalikan langsung dari atas.
Bagi sebuah lembaga dakwah, Da'wah is strategic action concept. Oleh karena itu, keputusan segmentasi, posistioning, targeting, dan keputusan-keputusan strategis lainnya dalam upaya optimalisasi kinerja lembaga dakwah harus direncanakan dan diputuskan secara seksama berdasarkan kajian yang mendalam terhadap kondisi realitas di masyarakat.

Prinsip 2: Everyone is a Marketer (Setiap orang adalah pemasar)
apabila perang pemasaran terjadi, menciptakan nilai adalah tugas setiap individu dalam perusahaan. Kepuasan dan kesetiaan pelanggan adalah tanggung jawab setiap anggota perusahaan.
Dalam terminologi Islam, setiap mukmin adalah juru dakwah. Nahnu du'at qobla kulla sya'i (kami adalah juru dakwah sebelum yang lainnya), demikian Hasan al Banna berpesan kepada seluruh kadernya. Ketaatan dan kesetiaan (loyalitas) umat terhadap Islam dan garis-garis perjuangan Islam merupakan tanggung jawab setiap orang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat.

Prinsip 3: Concentrate on value, not just Profit (berkonsentrasi pada nilai, bukan hanya pada keuntungan)
Pada akhirnya pemenang dalam perang pemasaran adalah perusahaan yang tiada henti menciptakan nilai dalam produk yang dijual ke konsumen. Perusahaan yang memiliki win-win attitude (sikap menang-menang) dan berfikir jauh ke depan juga akan berkonsentrasi pada nilai pelanggan, bukan hanya keuntungan semata. Nilai akan menghasilkan kepuasan.
Dalam medan dakwah, prinsip ini bisa difokuskan pada upaya peningkatan kualitas juru dakwah. Juru dakwah yang berkualitas akan menyampaikan materi-materi dakwah yang berbobot dan berkualitas, menghunjam ke dasar qalbu para objek dakwahnya.
Dari sinilah kita berharap akan terjadi proses penyadaran manusia secara kolektif akan pentingnya mengkaji, memahami, dan menjalankan ajaran-ajaran Islam. Mereka akan beradaptasi dengan Islam dan selalu metagihan untuk menyirami hatinya dengan nilai-nilai Rabbani.

Prinsip 4: Concentrate on Loyalty, not just Satisfaction (Konsentrasi pada loyalitas, bukan hanya kepuasan)
Kalau jumlah pesaing sudah menjamur, maka konsumen akan menghadapi banyak godaan untuk berpaling pada pesaing Anda, meskipun mereka sudah puas dengan Anda. Jadi, susunlah strategi untuk menciptakan dan mempertahankan loyalitas pelanggan Anda.
Dalam era global yang penuh tantangan, menciptakan suasana agar umat Islam tidak terpengaruh dengan ajakan-ajakan sistem syetan yang manis, tetap berada dalam orbit Islam, selalu berinteraksi dan beradaptasi dengan nilai-nilai Islam, merupakan prinsip lanjutan dari prinsip yang ketiga. Maka, buatlah agar mereka enjoy, asyik, betah, butuh, dan pada akhirnya bergantung pada Alquran dan Sunnah. Janji-janji syetan tentang manisnya dunia, terasa amat kecil jika dibandingkan dengan manisnya syurga Allah.

Prinsip 5: Concentrate on Difference, not just Average (Konsentrasi pada perbedaan, tidak hanya pada persamaan)
Jangan sekali-kali berfikir untuk mencipatakan produk yang sama untuk setiap orang. Setiap orang punya kebutuhan, keinginan, serta harapan yang berbeda-beda. Ingatlah all customers are not created equal, setiap individu selalu ada perbedaan.
Salah satu prinsip dakwah mengatakan khaatibunnasa 'alaa qodri 'uqulihim, berbicaralah dengan audience Antum sesuai dengan kadar intelektualitas mereka. Maka, jadikanlah prinsip ini untuk memacu kreativitas Antum, sebagai juru dakwah. Kesankan bahwa Islam itu menarik, tidak monoton, gembira tidak membosankan, dinamis tidak statis, menyenangkan tidak menakutkan.

Prinsip 6: Concentrate on Anticipation, not just Reaction (Konsentrasi pada antisipasi, bukan hanya
reaksi)
Bersikaplah proaktif bukan reaktif dalam menghadapi manuver kompetisi, gejala politik, dan perubahan perilaku pasar. Dalam realitas sejarah pergerakan Islam, konspirasi Yahudi dan Nasrani selalu memandulkan dan memarjinalkan peran politik Islam. Islam boleh tampil dalam baju ritual, tradisi, seni, dan budaya, tapi Islam tak boleh tampil dalam panggung politik terdepan, penentu kebijakan, dan pengendali kekuasaan. Untuk bisa berfikir proaktif antisipatif perlu pemahaman yang mendalam tentang strategi musuh-musuh Islam.

Prinsip 7: Brand: Avoid Commodity-like Trap (Merek: hindari jebakan komoditas)
Anda tentu kenal jeruk sunkist, itu karena merek tersebut sudah dikenal dan dipercaya oleh konsumen buah. Jeruk tidak mesti disebut jeruk, tapi jeruk bisa disebut sunkist. Jadilah seperti sunkist yang dikenal dan dipercaya. Janganlah menjadi jeruk-jeruk lain yang tidak punya nama.
Bila diterapkan dalam bidang dakwah, prinsip ini berkaitan dengan masalah confidence, nama baik, dan amanah. Ahli bijak berkata karena nilai setitik rusak susu sebelanga. Ketika mulai berdakwah, Rasulullah Saw telah mengantongi sertifikat al amin yang diakui oleh seluruh lapisan masyarakat. Sertifikat ini sama sekali bukan hasil rekayasa sebagaimana yang sering dilakukan orang saat ini untuk menutupi keburukannya.

Prinsip 8: Service: Avoid Business Category Trap (Pelayanan: hindari jebakan pengkategorian bisnis)
Bila Anda memproduksi komputer, apakah otomatis Anda masuk dalam product business? Jawabnya tentu tidak. Apa pun dan siapa pun Anda, apabila mau menjadi kompetitif harus menjadi the service company. Suatu paradigma untuk selalu memberikan nilai kepada konsumennya.
Dalam dakwah, prinsip ini bermakna ad daa'iyatu khadimatul ummah (juru dakwah adalah pelayan umat). Dalam hal pemberian pelayanan, jangan pilih kasih. Rasulullah Saw pernah mendapat teguran keras dari Allah akibat lebih mengutamakan para pembesar Quraisy ketimbang Abdullah Ummi Maktum yang rakyat biasa.

Prinsip 9: Process: Avoid Function Orientation (Proses: hindari orientasi fungsi)
Seperti prinsip kedua, setiap orang harus menjadi marketer. Jangan ada orang dalam perusahaan yang merasa fungsinya lebih superior dari yang lain. Memuaskan dan mempertahankan pelanggan adalah tanggung jawab setiap orang, tak peduli apa jabatan serta fungsinya.
Prinsip ini berkaitan dengan fungsi, tugas, dan keutamaan di sisi Allah. Manusia diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya. Fungsi pengabdian melekat erat saat manusia dilahirkan ke dunia. Tugas setiap Mukmin adalah berdakwah, tak peduli apa jabatannya, profesinya, dan status sosialnya dalam masyarakat. Dan mukmin yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling baik taqwanya, sedangkan kualitas ketaqwaan seseorang hanya Allah lah yang tahu. Karena itu, jangan menempatkan diri sebagai orang yang sulit disentuh. Merasa diri lebih shaleh, lebih mulia, lebih serba tahu. Jangan pula menerapkan budaya patron-klien kepada audiens.

Prinsip 10: Segmentation: View Your market Creatively (Segmentasi: pandanglah pasar Anda secara kreatif)
Segmentasikan pasar Anda untuk menemukan potensi tersembunyi yang tidak dilihat pesaing Anda. Sebagaimana prinsip dakwah kelima khaatibunnasa 'ala qadri 'uqulihim, maka setiap dai harus memandang audiensinya secara kreatif. Hal ini berkaitan dengan metode dan materi dakwah yang akan disampaikan.

Prinsip 11: Targeting: Allocate Your Resouces Effectively (Sasaran: alokasikan sumberdaya Anda secara efektif)
Jangan menembak lalat dengan bom. Lalatnya memang mati, tapi sumber daya Anda terbuang percuma. Takarlah kekuatan Anda untuk segmen pasar yang Anda bidik dengan akurat.
Begitupun dalam dakwah. Setiap dai mestinya memahami fiqh aulawiyat (fikih prioritas) dan fiqh muwazanat (fikih timbangan). Dengan memahami kedua fikih ini, setiap dai dapat memilih dan memilah. Mana yang didahulukan, mana yang diakhirkan. Mana yang pertama, kedua, dan seterusnya. Mana yang harus diselesaikan sekarang, mana yang terpaksa harus ditunda. Kemudian, setelah mampu memilih dan memilah, alokasikanlah sumberdaya yang Anda miliki secara efektif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Tidak mesti seorang dai menangani semua audiens, dari mulai yang kecil sampai yang sepuh, dari yang TK sampai yang doktor, meskipun ia mudah beradaptasi dengan semua lapisan masyarakat.

Prinsip 12: Positioning: Lead Your Customer Credibly (Positioning: arahkan pelanggan Anda agar memberikan kredibilats kepada Anda)
Menempatkan diri Anda di benak konsumen adalah hal mudah. Namun, memposisikan diri untuk dipercaya konsumen Anda bukanlah urusan mudah, kredibilitas perusahaan adalah kuncinya.
Agar dipercaya dan dijadikan rujukan oleh masyarakat, kita harus memiliki kredibilitas; kredibilitas moral, intelektual, operasional, sosial, dan politik. Dai yang hanya memiliki kredibilitas moral akan mudah dikooptasi dan diperdaya oleh orang lain. Selain itu, mereka juga kurang tanggap terhadap perkembangan aktual yang biasanya membutuhkan daya analisis yang tajam. Karenanya, setiap dai sebisa mungkin berupaya untuk melengkapi dan menyempurnakan kredibiltas-kredibilitas di atas, agar masyarakat yang menjadi objek dakwah menerima keberadaannya.

Prinsip 13: Differentiation: Integrate Your Content-Context-Infrastructure
Memadukan apa dengan bagaimana Anda menawarkan produk kepada konsumen adalah masalah krusial. Apalagi jika harus diselaraskan dengan teknologi dan fasilitas pendukung perusahaan Anda. Jadi, kalau positioning adalah janji, differentiation adalah konkretnya. Kalau sebuah perusahaan melakukan differensiasi, artinya perusahaan tersebut menghasilkan produk lebih dari satu macam. Ini dilakukan untuk menjaga penurunan omset penjualan. Produk baru yang dihasilkan diharapkan dapat menutupi penurunan omset penjualan produk lama yang mungkin saja mulai ditinggalkan penggemarnya.
Era global akan mendorong orang untuk lebih memahami detail ketimbang makro, spesialisasi daripada general. Pada akhirnya medan dakwah pun akan menuntut demikian. Seorang dai akan lebih efektif apabila memanfaatkan spesialisasinya masing-masing. Mereka yang cenderung pada kesenian, lebih efektif berdakwah di bidang seni, demikian seterusnya.

Prinsip 14: Marketing Mix: Integrate Your Offer-Logistics-Communication
Produk, harga, saluran distribusi, dan promosi harus memperkuat strategi. Menciptakan sinergi antara elemen bauran pemasaran ini dengan strategi secara keseluruhan perusahaan adalah kompleks, tapi menghasilkan kekuatan yang dahsyat.
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode penyampaian atau pola komunikasi dakwah untuk mencapai efektivitas. Dalam ilmu komunikasi kita mengenal SMCR (source/narasumber, massage/pesan, canal/saluran komunikasi, dan receiver/penerima, audiens). Siapa yang menyampaikan (source), apa yang disampaikan (massage), bagaimana menyampaikannya (canal), dan kepada siapa (receiver). Memadukan elemen-elemen di atas lalu menyelaraskannya dengan tujuan dakwah itu sendiri akan menghasilkan sinergitas yang sangat kuat.

Prinsip 15: Selling: Integrate Your Customer-Company-Relationship (Penjualan: memadukan hubungan yang kuat antara pelanggan Anda dengan perusahaan)
Pada tingkat kompetisi yang semakinmeningkat, menjual bukanlah aktivitas hit and run. Buka pula aktivita one time deal. Menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan adalah kunci saluran profit.
Dakwah sesungguhnya merupakan aktivitas selling di mana seorang dai menawarkan Islam dalam suatu kemasan tertentu. Kemasan bisa berbentuk tabligh, ta'lim, seminar, workshop, dan lain-lain. Kemasan hanyalah merupakan sarana untuk memudahkan agar nilai-nilai Islam cepat diserap dan dicerna. Yang perlu dijaga adalah hubungan yang baik antara sang dai dengan objek dakwah, atau dalam bahasa harakahnya antara murabbi dengan mutarabbi. Jadi, dakwah bukanlah kerja sampingan atau aktivitas sekali bertemu lalu bubar. Dakwah harus sinambung, persisten, dan kontinyu. Berkreasilah agar pertemuan-pertemuan berkala menjadi menarik. Buatlah aktivitas tambahan dengan nuansa baru agar tidak membosankan, seperti kemping, olahraga bersama, pergi ke pantai, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan seperti ini biasanya akan lebih memperkokoh hubungan antara murabbi dengan mutarabbi.

Prinsip 16: Balance Your Strategi-Tactic-Value (seimbangkan strategi, taktik, dan nilai Anda)
Keseimbangan penerapan strategi, taktik, dan nilai pemasaran akan menciptakan kekuatan tak tertandingi.
Dalam dakwah, strategi adalah manhaj, taktik adalah uslub, sedangkan value adalah kreasi dan inovasi supaya dakwah selalu memberikan pencerahan dan inspirasi dalam setiap langkah kehidupan. Manhaj diterjemahkan dalam bentuk uslub, kiat-kiat, selanjutnya kreasi dan inovasi kita di lapanganlah yang menentukan apakah aktivitas dakwah itu bisa diterima atau tidak oleh objek dakwah, bernilai atau tidak.

Prinsip 17: Balance Your What-Why-How (seimbangkan apa, mengapa, dan bagaimana Anda beraktivitas)
Pembaharuan mental dan spirit perusahaan akan tercipta apabila Anda dapat mencari, mengolah, dan mempergunakan informasi untuk mempertajam daya saing perusahaan.
Pertanyaan apa yang akan kita dakwahkan, mengapa dan bagaimana kita berdakwah, kepada siapa adalah hal yang mestinya menggelitik setiap juru dakwah. Gunakan pertanyaan-pertanyaan ini sebagai panduan untuk melakukan aktivitas dakwah karena hal ini akan mendorong kita untuk mencari lebih banyak informasi dan data guna mempertajam materi-materi dakwah yang akan disampaikan.

Prinsip 18: Balance Your Present-Future-Gap (seimbangkan antara masa kini, masa akan datang, dan masa di antara keduanya)
Jangan pernah tertidur. Selalu bersikap siaga. Sadarlah akan posisi sekarang. Ketahuilah posisi di masa depan. Persiapkan jalan menuju kemenangan.
Setiap organisasi dakwah tentu punya rencana kerja yang mengarah kepada target-target dan tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ketahuilah posisi organisasi Anda saat ini, pikirkan serta bayangkanlah posisi organisasi tersebut untuk beberapa tahun ke depan, misalkan 15 tahun yang akan datang. Selanjutnya, persiapkanlah jalan menuju posisi tersebut

Diambil dari tulisan Ir. Syamsu Hilal dalam buku mini Waqfah, Serial Fikrah, Da'wah, dan Harakah dengan beberapa perubahan agar sesuai dengan konteks kekitaan.

Senin, 27 Juli 2009

Berburu Bebek di Pulau Dajjal

Siapa yang pernah menyangka bahwa berburu bebek ternyata lengkap dengan konspirasi pendirian The Federal Reserve System yang kemudian menjadi bank sentral AS bernama The Federal Reserve Bank? Ya, di tahun 1910, tepatnya bulan November, sejumlah pengusaha Yahudi ternama dari Eropa dan juga Amerika Serikat sendiri naik sebuah gerbong khusus yang berada di belakang sebuah rangkaian kereta api biasa dari Stasiun New Jersey.

Gerbong yang satu ini tidak bernomor seperti gerbong kereta yang lazim, tetapi memiliki sebuah plat kuningan kecil bertuliskan: Aldrich. Siapa lagi kalau bukan Nelson Aldrich, senator dari Rhode Island yang cukup kondang namanya di Wall Street dan Washington DC. Aldrich memang pemilik gerbong khusus ini dan sering dipakai bolak-balik ke Wall Street.

Di malam yang dingin dan sepi itu, Aldrich tidak sendirian. Dia bersama sejumlah lelaki misterius yang menyembunyikan identitasnya menumpang kereta yang menuju Jekyll Island, sebuah pantai kecil tempat peristirahatan pribadi di lepas pantai Georgia milik konglomerat JP. Morgan.

Rombongan tersebut membawa senjata laras panjang, sepatu boot, sangkar, dan segala pernik untuk memburu bebek. Mereka ingin orang-orang yang melihat kehadirannyamenyangka bahwa mereka akan berburu bebek. Padahal, agenda pertemuan yang ingin mereka gelar sangat jauh dari urusan berburu bebek. Mereka akan mengadakan rapat untuk menyatukan visi dan strategi menguasai perekonomian AS lewat sebuah sistem kartel mafia bernama The Federal System.

Menariknya, lokasi yang dipilih untuk mendirikan sebuah badan super body di kemudian hari bernama The Federal Reserve bank ternyata sebuah pulau kecil bernama Jekyll Island. Dalam bahasa Indonesia, Jekyll island berarti 'Pulau Dajjal'. Sekadar kebetulan atau ada simbol-simbol khusus?

Awalnya, publik Amerika tidak mengetahui nama-nama siapa saja yang hadir di dalam pertemuan di 'Pulau Dajjal' tersebut. Para tokoh Yahudi Eropa dan Amerika yang hadir hanya menyebut satu sama lain dengan nama depan dan dilarang menyebutkan nama keluarga mereka. Ini dilakukan pula di dalam gedung tempat pertemuan sehingga para pelayan pun tidak mengenal mereka.

Namun, kebenaran tetaplah kebenaran walau dibenamkan ke dalam lumpur yang paling pekat sekali pun. Perlahan-lahan, lewat sejumlah investigator independen Amerika sendiri, fakta-fakta konspirasi di 'Pulau Dajjal' terungkap. Orang-orang misterius itu ternyata berjumlag tujuh orang di mana kekayaan mereka mewakili seperempat dari total kekayaan dunia saat itu. Mereka adalah:
a. Nelson W. Aldrich (tokoh Partai Republik dalam senat, Ketua Komisi Moneter Nasional, pengusaha sukses karib JP. Morgan dan ayah mertua dari John D. Rockefeller)
b. Abraham Piatt Andrew (Asisten Menteri Keuangan AS)
c. Frank A. Vanderlip (Presiden 'The National Citybank of NY, wakil William Rockefeller dan The International Investemnt banking House of Kuhn, Loeb & Company)
d. Henry P. Davidson (mitra senior JP. Morgan Company)
e. Charles D. Norton (Presiden JP. Morgan's First National Bank of NY)
f. Benjamin Strong (Kepala JP. Morgan Bankers Trust Co)
g. Paul M. Warburg (mitra utama Kuhn, Loeb & Co, wakil Rotshcild di Inggris dan Perancis, juga Eropa)

Edward Griffin di dalam karyanya “The Creature From Jekyll Island: A Second Look at the Federal Reserve” (1994) memaparkan apa adanya tentang konspirasi menjadikan bangsa dan negara Amerika Serikat sebagai tunggangan kepentingan Yahudi Internasional lewat sisi yang paling vital yaitu ekonomi.

Diambil dari eramuslim digest edisi koleksi 7 dengan sedikit perubahan pada judul.

Bidadari Kecilku...

Buru-buru ku raih telpon selulerku yang berdering. Dari bagian administrasi. Aku bangkit, bergegas menyelesaikan munajat maghribku di mushala kecil rumah sakit ini untuk mengurus asuransi yang diminta bagian administrasi tadi. Sampai di bagian admin, telponku berdering lagi, kakak iparku. Suaranya di seberang sana mengabarkan bahwa anakku akan segera lahir. Segera kuselesaikan masalah administrasi, tanda tangan dan materai. Setengah berlari aku menaiki tangga rumah sakit, langsung masuk ruang bersalin yang berada di sudut kiri. Ku buka pintu kamar, dan... Alhamdulillah, puteriku sudah lahir. Dia meronta-ronta sambil menangis, beradapatasi dengan dunia barunya. Selamat datang bidadari cantikku, kau lahir dengan sempurna!

RSIA Bunda Aliyah, 1 Juli 2009 Pukul 18.30 WIB.

***

anakku, setelah sembilan bulan lamanya kau berada di rahim ibumu, kini kau lahir...
begitu bahagia kami memandangmu...
berakhir sudah penantian lama kami...
kau hadir menjadi penghangat kehidupan di tengah hiruk pikuk kesibukan kami, menjadi pelepas kepenatan, pelipur kegundahan dan kesedihan, penyemangat kelemahan dan kemalasan...

anakku, kelahiranmu ke dunia ini adalah anugerah sekaligus fitnah bagi kami
jadilah kau permata hati yang bukan menjadi fitnah tapi anugerah indah yang selalu kami syukuri...

dalam kegembiraan, do'a dan harapan selalu kuukir,
agar kelak kau menjadi wanita agung nan shalehah
penyejuk pandangan bagi kedua orang tuamu, juga seluruh makhluk-Nya di jagat raya ini
menjadi wanita tegar yang gigih membela kebenaran
guru peradaban dan penggelora semangat jihad fi sabilillah

jadilah kau seperti Khadijah, yang begitu tulus mencintai dan berkorban untuk Rasul-Nya..
juga Aisyah, yang begitu cerdas menyerap ajaran Rasul-Nya
juga Fatimah az Zahra, wanita agung yang dicintai Rasulullah
juga Zainab al Jahsy, yang keridhaanya pada putusan Rasulullah menjadikannya ia pengantin langit
juga Maryam, yang begitu kokoh mempertahankan iman di dada walau nyawa menjadi taruhan

Anakku, kulantunkan semua do'a ini untukmu
Agar kelak kau menjadi bagian tinta emas sejarah
menjadi pengukir peradaban tinggi din ini
menjadi guru yang selalu menggelorakan semangat jihad bagi umat dan keturunanmu
sekokoh dan setegar nama yang kusematkan padamu,
Syaikha Aqliyatul jihadi...

***

Ibnu Ishaq mengatakan Abdullah bin Abu Bakr berkata kepadanya bahwa Rasulullah SAW menoleh, kemudian melihat Ummu Sulaim binti Milhan yang ketika itu ikut berperang bersama suaminya, Abu Thalhah.
Ummu Sulaim mengikat pinggangnya dengan kain burdahnya, yang ia sedang mengandung Abdullah bin Abu Thalhah, dan menaiki unta milik Abu Thalhah. Ia khawatir terlempar dari ontanya, untuk itu, ia mendekatkan kepala unta kepadanya dan memasukkan tangannya ke gelang di sisi hidung unta. Rasulullah SAW bersabda kepada Ummu Sulaim, "Hai, Ummu Sulaim." Ummu Sulaim berkata, "Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu wahai Rasulullah! Aku akan membunuh mereka yang melarikan diri darimu sebagaimana engkau membunuh orang-orang yang memerangimu, karena mereka layak mendapatkannya."
Rasulullah SAW bersabda, "Bukanlah Allah sudah cukup, wahai Ummu Sulaim?"
Ketika itu, Ummu Sulaim hanya membawa pisau. Abu Thalhah berkata kepada Ummu Sulaim. "Kenapa engkau membawa pisau seperti ini, hai Ummu Sulaim?" Ummu Sulaim menjawab, "Pisau ini sengaja aku bawa. Jika salah seorang kaum musyrikin mendekat kepadaku, aku akan menikamnya dengan pisau ini." Abu Thalhah berkata, "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau dengar apa yang dikatakan Ummu Sulaim Ar Rumaisha?"

Dinukil dari kitab Siroh Ibnu Hisyam hal. 416.

Selasa, 17 Maret 2009

Unik di Tengah Keramaian

A. Pendahuluan
Dalam Wikipedia Indonesia, wirausaha didefinisikan sebagai jenis usaha mandiri yang didirikan oleh seorang wirausahawan, atau sering pula disebut sebagai pengusaha. Sedangkan wirausahawan adalah seseorang yang mampu menciptakan lapangan kerja baru dan mencari cara-cara atau teknik yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya, memperkecil pemborosan, serta menghasilkan barang atau jasa dalam upayanya memuaskan kebutuhan orang lain.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan wirausahawan sebagai "orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya." Sedangkan Louis Jacques Filion menggambarkan wirausahawan sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai dengan kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai sasaran-sasaran itu. Ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang dan membuat keputusan. Sementara Zimmerer mendefinisikan wirausahawan sebagai seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengindetifikasikan peluang yang signifikan sumber-sumber daya itu bisa dikapitalisasikan.

Banyak teori atau tulisan yang membahas tentang kewirausahaan, kelemahan dan kekuatan, faktor-faktor yang mendukung pertumbuhannya, sampai kepada paradigma yang sering salah difahami oleh orang-orang dalam memulai dan mengembangkan bisnisnya.

Tulisan ini merupakan analisa terhadap hasil survei yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2009 di ITC Ambassador, Kuningan Jakarta Selatan dan menggabungkannya dengan teori-teori kewirausahaan yang telah ada. Diharapkan, hal ini dapat memperkuat bukti akan eksistensi bisnis mandiri khususnya usaha kecil menengah di tengah keperkasaan perusahaan-perusahaan public di dunia ini.

B. Hasil Survei
Letaknya cukup strategis. Berada di lantai dua blok A ITC Ambassador, tepat di sudut kiri escalator. Toko ini menjual berbagai benda cindera mata. Di Blok ini, ada sekitar lima toko yang menjual benda-benda cindera mata. Namun, yang membedakan, toko ini menjual cindera mata yang bukan hanya lebih beragam tapi juga lebih unik dibandingkan dengan toko lainnya. Dari mulai pin beraneka bentuk dan warna, gantungan kunci, dan pajangan ruangan yang terbuat dari keramik yang unik. Mug dan gelas berbahan keramik dan berbagai ukuran dan bentuk. Jam dinding unik, tas menarik, juga batik lukis. Bahkan perlengkapan spa pun tersedia di sini. Kesemuanya menggambarkan kekayaan etnik yang ada di Indonesia. Produk tersebut tidak diproduksi sendiri, tetapi didatngakn dari beberapa daerah yang memproduksi. Batik lukis dari Yogyakarta, keramik dari Jepara, dan Spa dari Bali. Harganya beraneka ragam, berkisar Rp 200.000,00 sampai Rp 300.000,00. Aroma toko ini pun berbeda, tercium harum bahan-bahan spa yang penuh dengan aroma khas etnis Bali.

Toko ini lebih luas dibandingkan yang lainnya, mengambil dua petak ruangan. Satu ruangnya disewa dengan harga Rp 28.000.000,00 per tahun. Pengunjung toko ini fluktuatif jumlahnya, biasanya lebih banyak pada hari-hari libur seperti hari Sabtu atau Minggu. Selain menarik pengunjung sebagai pembelinya, toko ini memiliki pelanggan tetap dari beberapa salon spa yang mengambil bahan-bahan spa nya dari sini. Sebagai toko yang menjual cindera mata, jelas perputaran benda yang dijual tidak secepat toko handphone atau makanan. Tapi karena sudah memiliki pelanggan tetap, maka biaya sewa dan manajemen fee yang harus dikeluarkan dapat tertutupi bahkan memperoleh keuntungan yang lumayan.

Pelayan toko ini ada dua orang. Keduanya wanita, satu berjilbab satunya lagi tidak. Pelayanannya biasa, tidak terlalu istimewa, bahkan cenderung ’cuek’ pada pengunjung. Hanya saja, karena benda-benda yang dijual sangat unik dan menarik, maka banyak di antara pengunjung yang aktif bertanya.

C. Pembahasan
Ada beberapa hal yang menarik untuk dibahas dari hasil survei di atas, yaitu sebagai berikut:

1)Inovasi dan kreativitas
Menurut Scoott Berkun dalam bukunya, The Myth of Innovation, inovasi bukan hanya terdiri dari sekedar lontaran gagasan-gagasan atau ide-ide yang hebat saja, dibalik itu seyogyanya diperlukan kepercayaan yang kuat atas gagasan atau ide tersebut, bahwa ide itu bisa dilakukan atau dikerjakan, dan selain daripada itu juga dibutuhkan kerja keras, fokus yang tajam pada hasil akhir, dan tetap gigih ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam merealisasikannya.

Sedangkan menurut Undang-undang No.18 tahun 2002, yang dimaksud dengan inovasi adalah: “Kegiatan penelitian, pengembangan, dan/ atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi”.

Istilah inovasi memang sering didefinisikan secara berbeda- beda, walaupun pada umumnya memiliki pemaknaan yang serupa, yakni sebagai suatu proses dan/ atau hasil pengembangan dan/atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan sosial).

Inovasi, dalam ilmu lingustik adalah fenomena munculnya kata-kata baru dan bukan kata-kata warisan. Inovasi berbeda dengan neologisme. “Inovasi bersifat tidak sengaja”.

Selain inovasi, unsur kreativitas juga dimiliki oleh pemilik toko ini. Kata kreatif adalah untuk merujuk sifat atau perilaku seseorang yang memiliki daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan. Seorang pengusaha selalu dituntut untuk memiliki kreativitas yang tinggi secara terus menerus. Sebab para pengusaha diharapkan dapat melakukan inovasi dengan menghasilkan hal-hal baru yang berguna bagi masyarakat luas, atau menemukan cara-cara baru yang memberikan nilai tambah terhadap sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Kelebihan lain dari sifat kreatif yang melekat dalam diri pengusaha adalah kemampuannya untuk melihat peluang dalam masalah-masalah yang muncul di masyarakat, dan kemudian mampu menciptakan beragam produk dan jasa sebagai solusi untuk mengatasi masalah dan tentunya juga meraih keuntungan. Atau yang sering kita tahu, para pengusaha yang kreatif biasanya mampu menemukan terobosan-terobosan baru sekaligus melakukan pembaharuan dari produk-produk yang sudah ada.

Adapun inovasi yang bisa dilihat dari pemilik toko tersebut adalah kemampuannya melihat peluang di pasar. Ketika semua toko-toko yang ada menjual benda-benda cindera mata yang hampir mirip, pemilik toko ini menyodorkan hal yang baru dengan menghadirkan produk-produk cindera mata yang lebh kental nuansa etnisnya. Sementara kreativitasnya bisa dilihat dari kemampuan memadukan produk-produk yang beragam etnik tersebut menjadi sebuah pajangan yang lengkap dan menarik tanpa menghilangkan unsur-unsur khasnya sekaligus mengkomposisikan harga yang saling menutupi dari harga yang murah dan terjangkau sampai pada level harga yang tinggi.

2)Kemampuan Melihat Pasar
Kim dan Mauborgne dalam bukunya Blue Ocean Strategy, yang menggambarkan pergeseran paradigma dalam aksi strategis, membagi dunia strategi bisnis dalam dua samudra, yaitu red ocean dan blue ocean. Dalam red ocean, perusahaan fokus pada pertarungan di lanskap kompetisi yang sudah ada. Perusahaan saling bertempur hingga berdarah-darah. Cara yang cerdas untuk menghadapi situasi ini adalah melompat ke blue ocean. Samudra biru adalah area baru yang diciptakan dengan kreativitas dan imajinasi. Di blue ocean inilah perusahaan menciptakan aturan main sendiri, menciptakan pasar sendiri dan membuat kompetisi berikut kompetitor yang baku hantam menjadi tidak lagi relevan. Enam prinsip yang dapat digunakan oleh setiap perusahaan untuk merumuskan dan menerapkan strategi samudra biru dengan sukses :
a) Cara merekonstruksi batas-batas pasar,
b) Berfokus pada gambaran besar,
c) Melampaui tuntutan yang ada,
d) Merancang rangkaian strategi dengan benar,
e) Mengatasi rintangan-rintangan organisasional,
f) Mengintegrasikan eksekusi ke dalam strategi.

Pemilik toko ini mampu melihat peluang pasar, bahwa di ITC Ambassador belum ada yang menjual produk-produk etnis. Dia tidak memilih di red ocean untuk bersaing dengan pasar cindera mata yang sudah ada, tetapi lebih memilih berada di blue ocean dengan menciptakan pasar tersendiri.

3) Kekuatan Pemasaran
Pemasaran terhadap produk yang ada di toko ini terbantu dengan pemasaran yang dilakukan oleh Manajemen ITC Ambassador. Dengan sendirinya, pihak manajemen sudah melakukan pemsaran dengan biaya yang besar untuk menghadirkan pembeli ke pasar yang telah diciptakannya. Inilah kemudahan yang didapatkan ketika membuka usaha di daerah yang secara pangsa pasar sudah jelas. Hampir bisa dikatakan, pemasaran yang dilakukan tidak ada. Hanya mengandalkan kehadiran pembeli yang berkunjung ke ITC baik yang sengaja mau beli produknya maupun yang tidak sengaja lewat dan tertarik dengan produk-produk khas yang dijajakan.

4) Kemampuan Jaringan
Sebagaimana yang sudah disinggung pada tulisan di atas, selain mengandalkan pengunjung sebagai konsumen atau pembeli barang-barang yang mereka jual, pemilik toko ini juga sudah memiliki pelangggan yang tetap dari beberapa salon spa khususnya untuk produk-produk perlengkapan spa dari Bali. Tentunya hal ini bisa mendukungnya untuk lebih dapat bertahan.

5) Pelayanan Pelanggan
Untuk masalah pelayanan terhadap pelanggan atau pembeli, toko ini agak lemah. Pelayan toko cenderung kurang peduli dan kurang ramah menyapa calon pembeli sehingga menimbulkan keraguan calon pembeli untuk bertransaksi. Sepertinya, kekuatan toko ini hanya terletak pada produk yang dijajakan dan aroma etnik yang khas sebagai daya tarik pengunjung.


D. Penutup
Kekuatan wirausaha terletak pada kreativitas dan inovasi wirausahawan, baik dalam melihat peluang pasar maupun dalam memunculkan produk-produk yang unik dan menarik di pasar. Sementara kekuatan pemasaran, jaringan, dan pelayanan pada pelanggan merupakan kekuatan pendukung untuk eksistensi bisnis yang dilakukan.

E. Daftar Pustaka

Zimmerer, Thomas W dan Norman M.Scarborough. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bahan Mengajar.

http://www.pengusahamuslim.com
http://http://id.wikipedia.org

Maksiat

Di antara nikmat yang paling besar yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah pertolongan dan kemenangan. Sejarah telah membuktikan bahwa pertolongan Allah dan kemenangan-Nya diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang taat. Sebaliknya, kekalahan dan kehancuran disebabkan karena maksiat dan ketidaktaatan.

Kisah Perang Uhud harus menjadi pelajaran bagi orang-orang beriman. Ketika sebagian pasukan perang sibuk mengejar harta rampasan dan begitu juga pasukan pemanah turun gunung ikut memperebutkan harta rampasan. maka terjadilah musibah luar biasa. Korban berjatuhan di kalangan umat Islam. Rasulullah saw. pun berdarah-darah.

Kisah penghancuran Kota Baghdad oleh pasukan Tartar juga terjadi karena umat Islam bergelimang kemaksiatan. Khilafah Islam pun runtuh, selain dari faktor adanya konspirasi internasional yang melibatkan Inggris, Amerika Serikat, dan Israel, karena umat Islam berpecah belah dan kemaksiatan yang mereka lakukan.

Umar bin Khattab berwasiat ketika melepas tentara perang: ”Dosa yang dilakukan tentara (Islam) lebih aku takuti dari musuh mereka. Sesungguhnya umat Islam dimenangkan karena maksiat musuh mereka kepada Allah. Kalau tidak demikian kita tidak mempunyai kekuatan, karena jumlah kita tidak sepadan dengan jumlah mereka, perlengkapan kita tidak sepadan dengan perlengkapan mereka. Jika kita sama dalam berbuat maksiat, maka mereka lebih memiliki kekuatan. Jika kita tidak dimenangkan dengan keutamaan kita, maka kita tidak dapat mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.”