Diskusi hangat malam ini di ruang perkuliahan IEF (Islamic Economic and Finance) Trisakti, Graha Menara Megah lantai lima diawali dengan sebuah topik hangat mengenai krisis keuangan global yang menimpa dunia dan berawal dari Amerika Serikat sebagai motor penggerak sistem ekonomi kapitalis.
Kapitalisme telah menyebabkan terjadinya krisis yang selalu berulang di dunia ini. Semenjak kapitalisme menjadi urat nadi perekonomian, dunia telah mengalami krisis sebanyak lima kali. Dan, krisis kali ini adalah krisis yang kelima setelah sebelumnya krisis menimpa pada tahun 1997/1998 yang lalu. Mengapa kapitalisme dianggap sebagai biang keladi dari krisis global ini? Apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan dari kapitalisme tersebut? Setidaknya ada 4 pokok masalah yang secara instrinsik dimiliki oleh kapitalisme, adalah sebagai berikut:
pertama, kapitalisme menjadikan uang sebagai komoditi. Dalam kapitalisme terjadi pasar semu. Jual beli uang dan derivatifnya, berupa saham, obligasi, index, dan sebagainya telah menyebabkan terjadinya bubble economy. Sektor moneter dipisahkan jauh dari sektor riil. Ekonomi terlihat mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, tapi sebenarnya hanyalah gelembung seperti balon yang semakin lama gelembung tersebut semakin besar, pada akhirnya akan pecah, hancur berantakan. Sementara sektor riil tidak mengalami perkembangan yang signifikan, bahkan jauh tertinggal dari sektor moneter. Terjadinya jurang pemisah yang lebar menganga antara sektor moneter dan sektor riil, menunjukkan kerapuhan bangunan ekonomi, dan tidak diragukan lagi pada suatu saatnya nanti akan meletus, hancur berantakkan. Di lain pihak, saham yang merupakan derivasi dari uang dan diperdagangakn sedemikian likuidnya di pasar modaltidak menggambarkan kondisi yang sesungguhnya dari perseroan. Nilai saham naik dan turun bukan disebabkan oleh kondisi internal perusahaan (fundamentalis issue) tapi lebih disebabkan oleh emotional issues, seperti faktor-faktor yang sifatnya politis, isu yang mencuat ke permukaan, dsb. sehingga, bisa jadi perusahaan sedang berjalan ke arah kebangkrutan tetapi sahamnya justru mengalami over pembelian. Dan, inilah yang terjadi saat ini.
Kedua, Kapitalisme berdasarkan pada sistem ribawi. Sudah tidak diragukan lagi, bahwa riba adalah sesuatu yang dilarang dalam sistem ekonomi Islam. Riba memiliki 73 pintu dosa, dimana dosa paling ringan dari riba bagaikan dosa seorang anak menzinahi ibunya. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana dosa yang paling berat dari riba..? Allah SWT berfirman dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 275-276, yang terjemahannya sebagai berikut,
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah idambilnya dahulu (sebelum datang larangan), dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulang (mengambil riba), maka orang itu adalah para penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah. Dan, Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa."
Dalam menafsirkan ayat tersebut di atas, Muhammad Ali Ash Shabuny dalam tafsirnya Cahaya Quran memaparkan bahwa Alquran menyerupakan orang yang mengambil riba dengan orang yang gila, tidak waras, dan dirasuki syetan, karena Allah mengembangkan apa yang mereka makan di dalam perut dari hasil riba, sehingga membuat mereka terbebani dan berat, lalu mereka tampak seperti orang tak waras, yang bangkit lalu menjatuhkan diri. Bahaya riba dari sisi ekonomi sudah sangat jelas. Riba menjadikan manusia terbagi menjadi dua tingkatan. yang satu tingkatan orang yang hidup mewah bergelimang kenikmatan dan kesenangan berkat keringat yang mengucur dari kening orang lain. yang satu lagi tingkatan orang yang tidak punya apa-apa, dikejar kebutuhan hidup dan kemiskinan namun mereka harus mensubsidi tingkatan sebelumnya.
Ketiga, Spekulasi. Mekanisme pasar uang dan pasar modal, tidak bisa terlepas dari spekulasi para investor. Jual beli uang dan derivasinya penuh dengan spekulasi untuk meraih kekayaan di kemudian yang sifatnya tidak pasti, tidak riil.
Keempat, Maysir (penipuan). Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, saham-saham yang diperjualbelikan tidak secara kongkrit menggambarkan kondisi kinerja perusahaan, karena lebih banyak dipengaruhi oleh isue-isue yang lebih bersifat emosional, bukan fundamental.
Kapitalisme telah menyebabkan terjadinya krisis yang selalu berulang di dunia ini. Semenjak kapitalisme menjadi urat nadi perekonomian, dunia telah mengalami krisis sebanyak lima kali. Dan, krisis kali ini adalah krisis yang kelima setelah sebelumnya krisis menimpa pada tahun 1997/1998 yang lalu. Mengapa kapitalisme dianggap sebagai biang keladi dari krisis global ini? Apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan dari kapitalisme tersebut? Setidaknya ada 4 pokok masalah yang secara instrinsik dimiliki oleh kapitalisme, adalah sebagai berikut:
pertama, kapitalisme menjadikan uang sebagai komoditi. Dalam kapitalisme terjadi pasar semu. Jual beli uang dan derivatifnya, berupa saham, obligasi, index, dan sebagainya telah menyebabkan terjadinya bubble economy. Sektor moneter dipisahkan jauh dari sektor riil. Ekonomi terlihat mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, tapi sebenarnya hanyalah gelembung seperti balon yang semakin lama gelembung tersebut semakin besar, pada akhirnya akan pecah, hancur berantakan. Sementara sektor riil tidak mengalami perkembangan yang signifikan, bahkan jauh tertinggal dari sektor moneter. Terjadinya jurang pemisah yang lebar menganga antara sektor moneter dan sektor riil, menunjukkan kerapuhan bangunan ekonomi, dan tidak diragukan lagi pada suatu saatnya nanti akan meletus, hancur berantakkan. Di lain pihak, saham yang merupakan derivasi dari uang dan diperdagangakn sedemikian likuidnya di pasar modaltidak menggambarkan kondisi yang sesungguhnya dari perseroan. Nilai saham naik dan turun bukan disebabkan oleh kondisi internal perusahaan (fundamentalis issue) tapi lebih disebabkan oleh emotional issues, seperti faktor-faktor yang sifatnya politis, isu yang mencuat ke permukaan, dsb. sehingga, bisa jadi perusahaan sedang berjalan ke arah kebangkrutan tetapi sahamnya justru mengalami over pembelian. Dan, inilah yang terjadi saat ini.
Kedua, Kapitalisme berdasarkan pada sistem ribawi. Sudah tidak diragukan lagi, bahwa riba adalah sesuatu yang dilarang dalam sistem ekonomi Islam. Riba memiliki 73 pintu dosa, dimana dosa paling ringan dari riba bagaikan dosa seorang anak menzinahi ibunya. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana dosa yang paling berat dari riba..? Allah SWT berfirman dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 275-276, yang terjemahannya sebagai berikut,
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah idambilnya dahulu (sebelum datang larangan), dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulang (mengambil riba), maka orang itu adalah para penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah. Dan, Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa."
Dalam menafsirkan ayat tersebut di atas, Muhammad Ali Ash Shabuny dalam tafsirnya Cahaya Quran memaparkan bahwa Alquran menyerupakan orang yang mengambil riba dengan orang yang gila, tidak waras, dan dirasuki syetan, karena Allah mengembangkan apa yang mereka makan di dalam perut dari hasil riba, sehingga membuat mereka terbebani dan berat, lalu mereka tampak seperti orang tak waras, yang bangkit lalu menjatuhkan diri. Bahaya riba dari sisi ekonomi sudah sangat jelas. Riba menjadikan manusia terbagi menjadi dua tingkatan. yang satu tingkatan orang yang hidup mewah bergelimang kenikmatan dan kesenangan berkat keringat yang mengucur dari kening orang lain. yang satu lagi tingkatan orang yang tidak punya apa-apa, dikejar kebutuhan hidup dan kemiskinan namun mereka harus mensubsidi tingkatan sebelumnya.
Ketiga, Spekulasi. Mekanisme pasar uang dan pasar modal, tidak bisa terlepas dari spekulasi para investor. Jual beli uang dan derivasinya penuh dengan spekulasi untuk meraih kekayaan di kemudian yang sifatnya tidak pasti, tidak riil.
Keempat, Maysir (penipuan). Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, saham-saham yang diperjualbelikan tidak secara kongkrit menggambarkan kondisi kinerja perusahaan, karena lebih banyak dipengaruhi oleh isue-isue yang lebih bersifat emosional, bukan fundamental.