Rabu, 30 Juli 2008

Kemenangan di Alam Jiwa, Kemenangan di Alam Nyata

Oleh: Ust. M. Anis Matta

Ramadhan mengantar Muslimin untuk meraih apapun tanpa batas. Setahun lamanya Allah Subhanahu wa ta'ala mengkondisikan kaum Muslimin untuk menghadapi fase perjuangan berdarah, yang pasti akan mereka lalui sejak mereka hijrah ke Madinah. Perang adalah takdir yang niscaya di jalan da'wah. Perang adalah pajak yang harus dibayar tunai untuk menegakkan agama Allah Swt. Mereka yang bergabung dalam kafilah da'wah adalah mereka yang telah menyatakan kesediaannya untuk membayar tunai pajak itu. Diri-diri mereka adalah waqaf untuk agama Allah.

Agama ini adalah kumpulan kebenaran, yang hanya dapat diterapkan dalam berbagai dimensi kehidupan manusia, apabila ia mendapat dukungan kekuatan yang sama besarnya dengan kebenaran itu sendiri. Kebenaran dan kekuatan adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Kebenaran tanpa kekuatan adalah kelemahan. Kekuatan tanpa kebenaran adalah kezaliman. Dan perang adalah tempat di mana kekuatan kebenaran itu diparadekan. Filosofi Perang akhirnya pertempuran besar itu meletus juga. Itulah perang Badar. Perang pertama yang paling besar dan paling menentukan dalam sejarah Islam. Setelah masa pengkondisian yang intensif yang berlangsung setahun lamanya, dan setelah berbagai persiapan dan latihan yang dilakukan kaum Muslimin dalam tahun itu, takdir perang itu akhirnya menjadi kenyataan. Sebuah pertempuran tatap muka antara kekuatan kebenaran dan kekuatan kebatilan diparadekan di sini. Komunitas Muslim di Madinah sudah sampai pada suatu tahapan pertumbuhan yang hanya bisa dihabisi dengan perang. Fase perjuangan selanjutnya pastilah akan berdarah-darah. Tidak ada pilihan lain untuk menghindarinya. Komunitas Muslim ini harus dikondisikan untuk memasuki fase ini. Maka turunlah ayat yang mengizinkan mereka berjihad dalam posisi membela diri pada saat mereka baru saja tiba di Madinah: "Telah diizinkan bagi mereka yang diperangi (untuk berperang), karena mereka telah dizhalimi. Dan sesungguhnya Allah Maha Sanggup menolong mereka." (al-Haj: 39) Tapi pada ayat selanjutnya, Allah Swt menjelaskan fungsi perang dalam paradigma da'wah itu; bahwa perang adalah instrumen yang mutlak diperlukan untuk menegakkan agama Allah swt di muka bumi. Maka Allah swt mengatakan: "Yaitu orang-orang yang jika Kami berikan kekuasaan di muka bumi, maka mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar." (al-Haj: 41)

Yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wa sallam selanjutnya adalah melakukan berbagai langkah persiapan perang. Salah satunya dengan melakukan ekspedisi militer dalam pasukan-pasukan kecil. Eskpedisi militer itu berfungsi sebagai upaya pemetaan medan, penguasaan lapangan, pengintaian, dan berbagai aktivitas intelijen militer lainnya. Dalam waktu kuang dari setahun, Rasulullah Saw telah mengirim sekitar delapan ekspedisi militer. Pada ekspedisi kedelapan yang dipimpin Abdullah bin Jahasy terjadi pertempuran kecil. Hampir dapat dipastikan bahwa setelah pertempuran kecil itu, sebuah pertempuran yang lebih besar akan meletus dalam waktu yang tidak terlalu lama. Maka turunlah ayat-ayat lain yang memotivasi kaum Muslimin untuk berperang. Allah Swt berfirman; "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka dimana saja kamu menjumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil-Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zhalim." (al-Baqarah: 190-193)

Setelah itu turunlah ayat-ayat lain yang mengajarkan kepada kaum Muslimin beberapa taktik perang. Allah Swt berfirman; "Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Allah akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka, dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka. Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Muhammad: 4-7). Di tengah pengkondisian yang intensif bagi kaum Muslimin untuk bersiap-siap menghadapi peperangan, Allah Swt juga mencela orang-orang pengecut yang senantiasa menghindari peperangan yang niscaya, orang-orang yang nyalinya lenyap seketika setiap kali ada panggilan perang. Allah Swt berfirman: "Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat ?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka." (Muhammad : 20)

Kaum Muslimin memenangkan Perang Badar dengan cara yang sangat spektakuler, dan menjadi pembuka kemenangan-kemenangan besar dalam berbagai peperangan berikutnya. Kemenangan militer itu telah menempatkan komunitas muslim Madinah sebagai salah satu kekuatan militer paling berwibawa di jazirah Arab. Da'wah telah mendapatkan perisainya, dan komunitas Muslim Madinah telah mendapatkan kehormatannya. Rahasia Besar Perang Badar, Itulah kejadiannya. Tapi ada sebuah rahasia besar yang terselip dalam peristiwa ini. Yaitu waktu yang dipilih Allah Swt untuk perang besar pertama kaum Muslimin. Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan tahun kedua hijrah. Pengkondisian dan persiapan perang telah berlangsung setahun sebelumnya, tapi perang akbarnya justru terjadi pada bulan Ramadhan di saat mana Allah Swt pertama kali mewajibkan ibadah puasa kepada kaum Muslimin. Jadi puncak pertarungan antara kebenaran dan kebatilan itu ditakdirkan terjadi pada saat kaum Muslimin sedang berpuasa. Dalam perang itu sesungguhnya terjadi dua kemenangan sekaligus. Yang satu telah mendahului yang lainnya, bahkan menjadi penyebab dan pengantarnya. Kemenangan pertama adalah kemenangan di alam jiwa, kemenangan di alam ruh. Dari dialog-dialog yang dilakukan Rasulullah Saw sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk ke Perang Badar, kita dapat mengetahui betapa komentar-komentar para sahabat beliau menunjukkan bahwa mereka sedang berada di puncak keimanan, jiwa-jiwa mereka sedang melanglang-buana di langit keimanan dan tawakkal, hasrat dan rindu mereka hanya terpaut ke surga. Kepercayaan-yang-tidak-terbatas kepada Allah Swt, tekad baja yang tidak terkalahkan dalam menegakkan kebenaran, keberanian yang tak pernah dapat disentuh oleh ketakutan, kerinduan pada surga yang tidak pernah dapat diselesaikan oleh fatamorgana dunia; itu semua yang memberi mereka energi perlawanan yang sangat dahsyat. Itulah rahasianya; bahwa kemenangan yang hakiki sesungguhnya terjadi pertama kali di alam jiwa, yakni ketika kepercayaan mengalahkan keraguan, harapan mengalahkan kecemasan, keberanian mengalahkan ketakutan, rindu kepada surga mengalahkan semua godaan dunia, tekad melumpuhkan kelemahan dan keterbatasan, kebesaran musuh berubah menjadi debu dalam pandangan jiwanya. tulah rahasianya; bahwa pertempuran adalah bagian dari perang, dan perang yang sesungguhnya terjadi dalam semua dimensi, tapi kemenangan dalam peperangan adalah buah kemenangan di alam jiwa, karena senjata tidaklah berdiri sendiri, karena senjata bergantung kepada tuannya, karena sorotan mata seringkali lebih tajam dari kilatan pedang, karena nama Khalid bin Walid lebih menakutkan daripada pasukannya, karena, "Teriakan al-Qa'qa' bin 'Amr jauh lebih menakutkan daripada seribu laki-laki," kata Saad bin Abi Waqqash. Tapi apakah rahasia yang menciptakan kemenangan di alam jiwa itu? Itulah puasa.

Puasa mengantar kita meraih semua kemenangan di alam jiwa. Dan begitulah kenyataannya, kaum Muslimin selalu mencatat rekor kemenangan-kemenangan besar yang sangat menentukan dalam bulan Ramadhan atau dalam keadaan berpuasa. Kaum Muslimin meraih kemenangan dalam perang Badar pada bulan Ramadhan tahun kedua hijrah, dan membebaskan kota Makkah pada bulan Ramadhan tahun kedelapan hijrah. Muzaffar Quthuz menaklukkan pasukan Tartar dalam perang 'Ain Jalut juga pada bulan Ramadhan. Dan Shalahuddin Al-Ayyubi mengusir pasukan Salib dari tanah Palestina dalam perang Hiththin juga pada bulan Ramadhan. Muhammad Al-Fatih Murad melakukan puasa sunnah tiga hari berturut-turut sebelum merebut Konstantinopel. Kemenangan kedua di alam nyata itu adalah buah dari kemenangan di alam jiwa. Tapi kemenangan di alam jiwa mempunyai satu rahasia: puasa