Selasa, 28 Juli 2009

Surviving and Winning in The Global Environtment

18 Prinsip Efektivitas Dakwah


Dalam sebuah pelatihannya, Mark Plus merumuskan 18 prinsip pemasaran di era globalisasi. Prinsip-prinsip ini dapat kita terapkan pula dalam melakukan aktivitas dakwah, menyeru manusia kembali kepada Allah SWT agar niat suci yang menggerakkan aktivitas tersebut dapat efektif dan berbuah hasil yang maksimal sesuai harapan. Ke delapan belas prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

Prinsip 1: Marketing is a Strategic Business Concept (Pemasaran adalah konsep bisnis yang strategis)
Seperti kata David Packard, pendiri Hewlett-Packard, Marketing is too important for marketing department (pemasaran terlalu penting buat sebuah departemen pemasaran). Oleh karen itu, keputusan-keputusan segmentasi, posistioning, targeting, dan keputusan-keputusan strategis lainnya harus dikendalikan langsung dari atas.
Bagi sebuah lembaga dakwah, Da'wah is strategic action concept. Oleh karena itu, keputusan segmentasi, posistioning, targeting, dan keputusan-keputusan strategis lainnya dalam upaya optimalisasi kinerja lembaga dakwah harus direncanakan dan diputuskan secara seksama berdasarkan kajian yang mendalam terhadap kondisi realitas di masyarakat.

Prinsip 2: Everyone is a Marketer (Setiap orang adalah pemasar)
apabila perang pemasaran terjadi, menciptakan nilai adalah tugas setiap individu dalam perusahaan. Kepuasan dan kesetiaan pelanggan adalah tanggung jawab setiap anggota perusahaan.
Dalam terminologi Islam, setiap mukmin adalah juru dakwah. Nahnu du'at qobla kulla sya'i (kami adalah juru dakwah sebelum yang lainnya), demikian Hasan al Banna berpesan kepada seluruh kadernya. Ketaatan dan kesetiaan (loyalitas) umat terhadap Islam dan garis-garis perjuangan Islam merupakan tanggung jawab setiap orang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat.

Prinsip 3: Concentrate on value, not just Profit (berkonsentrasi pada nilai, bukan hanya pada keuntungan)
Pada akhirnya pemenang dalam perang pemasaran adalah perusahaan yang tiada henti menciptakan nilai dalam produk yang dijual ke konsumen. Perusahaan yang memiliki win-win attitude (sikap menang-menang) dan berfikir jauh ke depan juga akan berkonsentrasi pada nilai pelanggan, bukan hanya keuntungan semata. Nilai akan menghasilkan kepuasan.
Dalam medan dakwah, prinsip ini bisa difokuskan pada upaya peningkatan kualitas juru dakwah. Juru dakwah yang berkualitas akan menyampaikan materi-materi dakwah yang berbobot dan berkualitas, menghunjam ke dasar qalbu para objek dakwahnya.
Dari sinilah kita berharap akan terjadi proses penyadaran manusia secara kolektif akan pentingnya mengkaji, memahami, dan menjalankan ajaran-ajaran Islam. Mereka akan beradaptasi dengan Islam dan selalu metagihan untuk menyirami hatinya dengan nilai-nilai Rabbani.

Prinsip 4: Concentrate on Loyalty, not just Satisfaction (Konsentrasi pada loyalitas, bukan hanya kepuasan)
Kalau jumlah pesaing sudah menjamur, maka konsumen akan menghadapi banyak godaan untuk berpaling pada pesaing Anda, meskipun mereka sudah puas dengan Anda. Jadi, susunlah strategi untuk menciptakan dan mempertahankan loyalitas pelanggan Anda.
Dalam era global yang penuh tantangan, menciptakan suasana agar umat Islam tidak terpengaruh dengan ajakan-ajakan sistem syetan yang manis, tetap berada dalam orbit Islam, selalu berinteraksi dan beradaptasi dengan nilai-nilai Islam, merupakan prinsip lanjutan dari prinsip yang ketiga. Maka, buatlah agar mereka enjoy, asyik, betah, butuh, dan pada akhirnya bergantung pada Alquran dan Sunnah. Janji-janji syetan tentang manisnya dunia, terasa amat kecil jika dibandingkan dengan manisnya syurga Allah.

Prinsip 5: Concentrate on Difference, not just Average (Konsentrasi pada perbedaan, tidak hanya pada persamaan)
Jangan sekali-kali berfikir untuk mencipatakan produk yang sama untuk setiap orang. Setiap orang punya kebutuhan, keinginan, serta harapan yang berbeda-beda. Ingatlah all customers are not created equal, setiap individu selalu ada perbedaan.
Salah satu prinsip dakwah mengatakan khaatibunnasa 'alaa qodri 'uqulihim, berbicaralah dengan audience Antum sesuai dengan kadar intelektualitas mereka. Maka, jadikanlah prinsip ini untuk memacu kreativitas Antum, sebagai juru dakwah. Kesankan bahwa Islam itu menarik, tidak monoton, gembira tidak membosankan, dinamis tidak statis, menyenangkan tidak menakutkan.

Prinsip 6: Concentrate on Anticipation, not just Reaction (Konsentrasi pada antisipasi, bukan hanya
reaksi)
Bersikaplah proaktif bukan reaktif dalam menghadapi manuver kompetisi, gejala politik, dan perubahan perilaku pasar. Dalam realitas sejarah pergerakan Islam, konspirasi Yahudi dan Nasrani selalu memandulkan dan memarjinalkan peran politik Islam. Islam boleh tampil dalam baju ritual, tradisi, seni, dan budaya, tapi Islam tak boleh tampil dalam panggung politik terdepan, penentu kebijakan, dan pengendali kekuasaan. Untuk bisa berfikir proaktif antisipatif perlu pemahaman yang mendalam tentang strategi musuh-musuh Islam.

Prinsip 7: Brand: Avoid Commodity-like Trap (Merek: hindari jebakan komoditas)
Anda tentu kenal jeruk sunkist, itu karena merek tersebut sudah dikenal dan dipercaya oleh konsumen buah. Jeruk tidak mesti disebut jeruk, tapi jeruk bisa disebut sunkist. Jadilah seperti sunkist yang dikenal dan dipercaya. Janganlah menjadi jeruk-jeruk lain yang tidak punya nama.
Bila diterapkan dalam bidang dakwah, prinsip ini berkaitan dengan masalah confidence, nama baik, dan amanah. Ahli bijak berkata karena nilai setitik rusak susu sebelanga. Ketika mulai berdakwah, Rasulullah Saw telah mengantongi sertifikat al amin yang diakui oleh seluruh lapisan masyarakat. Sertifikat ini sama sekali bukan hasil rekayasa sebagaimana yang sering dilakukan orang saat ini untuk menutupi keburukannya.

Prinsip 8: Service: Avoid Business Category Trap (Pelayanan: hindari jebakan pengkategorian bisnis)
Bila Anda memproduksi komputer, apakah otomatis Anda masuk dalam product business? Jawabnya tentu tidak. Apa pun dan siapa pun Anda, apabila mau menjadi kompetitif harus menjadi the service company. Suatu paradigma untuk selalu memberikan nilai kepada konsumennya.
Dalam dakwah, prinsip ini bermakna ad daa'iyatu khadimatul ummah (juru dakwah adalah pelayan umat). Dalam hal pemberian pelayanan, jangan pilih kasih. Rasulullah Saw pernah mendapat teguran keras dari Allah akibat lebih mengutamakan para pembesar Quraisy ketimbang Abdullah Ummi Maktum yang rakyat biasa.

Prinsip 9: Process: Avoid Function Orientation (Proses: hindari orientasi fungsi)
Seperti prinsip kedua, setiap orang harus menjadi marketer. Jangan ada orang dalam perusahaan yang merasa fungsinya lebih superior dari yang lain. Memuaskan dan mempertahankan pelanggan adalah tanggung jawab setiap orang, tak peduli apa jabatan serta fungsinya.
Prinsip ini berkaitan dengan fungsi, tugas, dan keutamaan di sisi Allah. Manusia diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya. Fungsi pengabdian melekat erat saat manusia dilahirkan ke dunia. Tugas setiap Mukmin adalah berdakwah, tak peduli apa jabatannya, profesinya, dan status sosialnya dalam masyarakat. Dan mukmin yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling baik taqwanya, sedangkan kualitas ketaqwaan seseorang hanya Allah lah yang tahu. Karena itu, jangan menempatkan diri sebagai orang yang sulit disentuh. Merasa diri lebih shaleh, lebih mulia, lebih serba tahu. Jangan pula menerapkan budaya patron-klien kepada audiens.

Prinsip 10: Segmentation: View Your market Creatively (Segmentasi: pandanglah pasar Anda secara kreatif)
Segmentasikan pasar Anda untuk menemukan potensi tersembunyi yang tidak dilihat pesaing Anda. Sebagaimana prinsip dakwah kelima khaatibunnasa 'ala qadri 'uqulihim, maka setiap dai harus memandang audiensinya secara kreatif. Hal ini berkaitan dengan metode dan materi dakwah yang akan disampaikan.

Prinsip 11: Targeting: Allocate Your Resouces Effectively (Sasaran: alokasikan sumberdaya Anda secara efektif)
Jangan menembak lalat dengan bom. Lalatnya memang mati, tapi sumber daya Anda terbuang percuma. Takarlah kekuatan Anda untuk segmen pasar yang Anda bidik dengan akurat.
Begitupun dalam dakwah. Setiap dai mestinya memahami fiqh aulawiyat (fikih prioritas) dan fiqh muwazanat (fikih timbangan). Dengan memahami kedua fikih ini, setiap dai dapat memilih dan memilah. Mana yang didahulukan, mana yang diakhirkan. Mana yang pertama, kedua, dan seterusnya. Mana yang harus diselesaikan sekarang, mana yang terpaksa harus ditunda. Kemudian, setelah mampu memilih dan memilah, alokasikanlah sumberdaya yang Anda miliki secara efektif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Tidak mesti seorang dai menangani semua audiens, dari mulai yang kecil sampai yang sepuh, dari yang TK sampai yang doktor, meskipun ia mudah beradaptasi dengan semua lapisan masyarakat.

Prinsip 12: Positioning: Lead Your Customer Credibly (Positioning: arahkan pelanggan Anda agar memberikan kredibilats kepada Anda)
Menempatkan diri Anda di benak konsumen adalah hal mudah. Namun, memposisikan diri untuk dipercaya konsumen Anda bukanlah urusan mudah, kredibilitas perusahaan adalah kuncinya.
Agar dipercaya dan dijadikan rujukan oleh masyarakat, kita harus memiliki kredibilitas; kredibilitas moral, intelektual, operasional, sosial, dan politik. Dai yang hanya memiliki kredibilitas moral akan mudah dikooptasi dan diperdaya oleh orang lain. Selain itu, mereka juga kurang tanggap terhadap perkembangan aktual yang biasanya membutuhkan daya analisis yang tajam. Karenanya, setiap dai sebisa mungkin berupaya untuk melengkapi dan menyempurnakan kredibiltas-kredibilitas di atas, agar masyarakat yang menjadi objek dakwah menerima keberadaannya.

Prinsip 13: Differentiation: Integrate Your Content-Context-Infrastructure
Memadukan apa dengan bagaimana Anda menawarkan produk kepada konsumen adalah masalah krusial. Apalagi jika harus diselaraskan dengan teknologi dan fasilitas pendukung perusahaan Anda. Jadi, kalau positioning adalah janji, differentiation adalah konkretnya. Kalau sebuah perusahaan melakukan differensiasi, artinya perusahaan tersebut menghasilkan produk lebih dari satu macam. Ini dilakukan untuk menjaga penurunan omset penjualan. Produk baru yang dihasilkan diharapkan dapat menutupi penurunan omset penjualan produk lama yang mungkin saja mulai ditinggalkan penggemarnya.
Era global akan mendorong orang untuk lebih memahami detail ketimbang makro, spesialisasi daripada general. Pada akhirnya medan dakwah pun akan menuntut demikian. Seorang dai akan lebih efektif apabila memanfaatkan spesialisasinya masing-masing. Mereka yang cenderung pada kesenian, lebih efektif berdakwah di bidang seni, demikian seterusnya.

Prinsip 14: Marketing Mix: Integrate Your Offer-Logistics-Communication
Produk, harga, saluran distribusi, dan promosi harus memperkuat strategi. Menciptakan sinergi antara elemen bauran pemasaran ini dengan strategi secara keseluruhan perusahaan adalah kompleks, tapi menghasilkan kekuatan yang dahsyat.
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode penyampaian atau pola komunikasi dakwah untuk mencapai efektivitas. Dalam ilmu komunikasi kita mengenal SMCR (source/narasumber, massage/pesan, canal/saluran komunikasi, dan receiver/penerima, audiens). Siapa yang menyampaikan (source), apa yang disampaikan (massage), bagaimana menyampaikannya (canal), dan kepada siapa (receiver). Memadukan elemen-elemen di atas lalu menyelaraskannya dengan tujuan dakwah itu sendiri akan menghasilkan sinergitas yang sangat kuat.

Prinsip 15: Selling: Integrate Your Customer-Company-Relationship (Penjualan: memadukan hubungan yang kuat antara pelanggan Anda dengan perusahaan)
Pada tingkat kompetisi yang semakinmeningkat, menjual bukanlah aktivitas hit and run. Buka pula aktivita one time deal. Menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan adalah kunci saluran profit.
Dakwah sesungguhnya merupakan aktivitas selling di mana seorang dai menawarkan Islam dalam suatu kemasan tertentu. Kemasan bisa berbentuk tabligh, ta'lim, seminar, workshop, dan lain-lain. Kemasan hanyalah merupakan sarana untuk memudahkan agar nilai-nilai Islam cepat diserap dan dicerna. Yang perlu dijaga adalah hubungan yang baik antara sang dai dengan objek dakwah, atau dalam bahasa harakahnya antara murabbi dengan mutarabbi. Jadi, dakwah bukanlah kerja sampingan atau aktivitas sekali bertemu lalu bubar. Dakwah harus sinambung, persisten, dan kontinyu. Berkreasilah agar pertemuan-pertemuan berkala menjadi menarik. Buatlah aktivitas tambahan dengan nuansa baru agar tidak membosankan, seperti kemping, olahraga bersama, pergi ke pantai, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan seperti ini biasanya akan lebih memperkokoh hubungan antara murabbi dengan mutarabbi.

Prinsip 16: Balance Your Strategi-Tactic-Value (seimbangkan strategi, taktik, dan nilai Anda)
Keseimbangan penerapan strategi, taktik, dan nilai pemasaran akan menciptakan kekuatan tak tertandingi.
Dalam dakwah, strategi adalah manhaj, taktik adalah uslub, sedangkan value adalah kreasi dan inovasi supaya dakwah selalu memberikan pencerahan dan inspirasi dalam setiap langkah kehidupan. Manhaj diterjemahkan dalam bentuk uslub, kiat-kiat, selanjutnya kreasi dan inovasi kita di lapanganlah yang menentukan apakah aktivitas dakwah itu bisa diterima atau tidak oleh objek dakwah, bernilai atau tidak.

Prinsip 17: Balance Your What-Why-How (seimbangkan apa, mengapa, dan bagaimana Anda beraktivitas)
Pembaharuan mental dan spirit perusahaan akan tercipta apabila Anda dapat mencari, mengolah, dan mempergunakan informasi untuk mempertajam daya saing perusahaan.
Pertanyaan apa yang akan kita dakwahkan, mengapa dan bagaimana kita berdakwah, kepada siapa adalah hal yang mestinya menggelitik setiap juru dakwah. Gunakan pertanyaan-pertanyaan ini sebagai panduan untuk melakukan aktivitas dakwah karena hal ini akan mendorong kita untuk mencari lebih banyak informasi dan data guna mempertajam materi-materi dakwah yang akan disampaikan.

Prinsip 18: Balance Your Present-Future-Gap (seimbangkan antara masa kini, masa akan datang, dan masa di antara keduanya)
Jangan pernah tertidur. Selalu bersikap siaga. Sadarlah akan posisi sekarang. Ketahuilah posisi di masa depan. Persiapkan jalan menuju kemenangan.
Setiap organisasi dakwah tentu punya rencana kerja yang mengarah kepada target-target dan tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ketahuilah posisi organisasi Anda saat ini, pikirkan serta bayangkanlah posisi organisasi tersebut untuk beberapa tahun ke depan, misalkan 15 tahun yang akan datang. Selanjutnya, persiapkanlah jalan menuju posisi tersebut

Diambil dari tulisan Ir. Syamsu Hilal dalam buku mini Waqfah, Serial Fikrah, Da'wah, dan Harakah dengan beberapa perubahan agar sesuai dengan konteks kekitaan.

Tidak ada komentar: