Senin, 27 Juli 2009

Bidadari Kecilku...

Buru-buru ku raih telpon selulerku yang berdering. Dari bagian administrasi. Aku bangkit, bergegas menyelesaikan munajat maghribku di mushala kecil rumah sakit ini untuk mengurus asuransi yang diminta bagian administrasi tadi. Sampai di bagian admin, telponku berdering lagi, kakak iparku. Suaranya di seberang sana mengabarkan bahwa anakku akan segera lahir. Segera kuselesaikan masalah administrasi, tanda tangan dan materai. Setengah berlari aku menaiki tangga rumah sakit, langsung masuk ruang bersalin yang berada di sudut kiri. Ku buka pintu kamar, dan... Alhamdulillah, puteriku sudah lahir. Dia meronta-ronta sambil menangis, beradapatasi dengan dunia barunya. Selamat datang bidadari cantikku, kau lahir dengan sempurna!

RSIA Bunda Aliyah, 1 Juli 2009 Pukul 18.30 WIB.

***

anakku, setelah sembilan bulan lamanya kau berada di rahim ibumu, kini kau lahir...
begitu bahagia kami memandangmu...
berakhir sudah penantian lama kami...
kau hadir menjadi penghangat kehidupan di tengah hiruk pikuk kesibukan kami, menjadi pelepas kepenatan, pelipur kegundahan dan kesedihan, penyemangat kelemahan dan kemalasan...

anakku, kelahiranmu ke dunia ini adalah anugerah sekaligus fitnah bagi kami
jadilah kau permata hati yang bukan menjadi fitnah tapi anugerah indah yang selalu kami syukuri...

dalam kegembiraan, do'a dan harapan selalu kuukir,
agar kelak kau menjadi wanita agung nan shalehah
penyejuk pandangan bagi kedua orang tuamu, juga seluruh makhluk-Nya di jagat raya ini
menjadi wanita tegar yang gigih membela kebenaran
guru peradaban dan penggelora semangat jihad fi sabilillah

jadilah kau seperti Khadijah, yang begitu tulus mencintai dan berkorban untuk Rasul-Nya..
juga Aisyah, yang begitu cerdas menyerap ajaran Rasul-Nya
juga Fatimah az Zahra, wanita agung yang dicintai Rasulullah
juga Zainab al Jahsy, yang keridhaanya pada putusan Rasulullah menjadikannya ia pengantin langit
juga Maryam, yang begitu kokoh mempertahankan iman di dada walau nyawa menjadi taruhan

Anakku, kulantunkan semua do'a ini untukmu
Agar kelak kau menjadi bagian tinta emas sejarah
menjadi pengukir peradaban tinggi din ini
menjadi guru yang selalu menggelorakan semangat jihad bagi umat dan keturunanmu
sekokoh dan setegar nama yang kusematkan padamu,
Syaikha Aqliyatul jihadi...

***

Ibnu Ishaq mengatakan Abdullah bin Abu Bakr berkata kepadanya bahwa Rasulullah SAW menoleh, kemudian melihat Ummu Sulaim binti Milhan yang ketika itu ikut berperang bersama suaminya, Abu Thalhah.
Ummu Sulaim mengikat pinggangnya dengan kain burdahnya, yang ia sedang mengandung Abdullah bin Abu Thalhah, dan menaiki unta milik Abu Thalhah. Ia khawatir terlempar dari ontanya, untuk itu, ia mendekatkan kepala unta kepadanya dan memasukkan tangannya ke gelang di sisi hidung unta. Rasulullah SAW bersabda kepada Ummu Sulaim, "Hai, Ummu Sulaim." Ummu Sulaim berkata, "Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu wahai Rasulullah! Aku akan membunuh mereka yang melarikan diri darimu sebagaimana engkau membunuh orang-orang yang memerangimu, karena mereka layak mendapatkannya."
Rasulullah SAW bersabda, "Bukanlah Allah sudah cukup, wahai Ummu Sulaim?"
Ketika itu, Ummu Sulaim hanya membawa pisau. Abu Thalhah berkata kepada Ummu Sulaim. "Kenapa engkau membawa pisau seperti ini, hai Ummu Sulaim?" Ummu Sulaim menjawab, "Pisau ini sengaja aku bawa. Jika salah seorang kaum musyrikin mendekat kepadaku, aku akan menikamnya dengan pisau ini." Abu Thalhah berkata, "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau dengar apa yang dikatakan Ummu Sulaim Ar Rumaisha?"

Dinukil dari kitab Siroh Ibnu Hisyam hal. 416.

Tidak ada komentar: